Kecewa AS Ingkar Janji, Palestina Belok Minta Dukungan China

Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki
Sumber :
  • AP Photo/Alexander Zemlianichenko, Pool

Palestina – Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki mengaku kecewa dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden karena tak kunjung menepati janji. Palestina mengambil langkah ancang-ancang berbelok mencari dukungan China yang mereka nilai sangat prospektif.

Maliki  menyampaikan kekecewaan Palestina atas sikap AS dalam menanggapi pelanggaran yang dilakukan oleh Israel, termasuk serangannya baru-baru ini di kota Jenin, Tepi Barat utara.

"Tiga tahun telah berlalu sejak janji Presiden Biden, tetapi kami tidak melihat apa pun selain dukungan keuangan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan rumah sakit di Yerusalem Timur," kata Riyad Al-Maliki kepada wartawan di Foreign Kantor pusat kementerian di Tepi Barat dilansir middleeastmonitor, Jumat, 4 Agustus 2023.

Maliki menyampaikan kekecewaan Palestina atas sikap AS dalam menanggapi pelanggaran yang dilakukan oleh Israel, termasuk serangannya baru-baru ini di kota Jenin, Tepi Barat utara. "Pemerintahan Biden mengecewakan," katanya.

Presiden Amerika, Joe Biden dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas.

Photo :
  • ANTARA FOTO

Sekarang ini, kata Maliki, Palestina lebih beralih ke China, yang mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB.

China diketahui berusaha untuk meningkatkan kehadirannya di Timur Tengah. Tidak hanya urusan ekonomi, tapi juga dukungan politik mereka bagi negara-negara di Timur Tengah, termasuk Palestina.

"China tidak hanya berupaya meningkatkan kehadiran ekonominya tetapi juga kehadiran politiknya di Timur Tengah. Banyak negara di dunia menginginkan dukungan China karena telah menjadi pemain global yang signifikan," ujar Maliki

"Tidak ada proses perdamaian di Timur Tengah. Jika ada di masa depan, mengapa China tidak terlibat bersama negara lain?" sambungnya

Mengenai klaim baru-baru ini tentang upaya normalisasi antara Israel dan Arab Saudi, Maliki menekankan bahwa Arab Saudi menganut solusi dua negara sebagai syarat untuk normalisasi hubungan dengan Israel, termasuk mendukung pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

“Kami berharap Arab Saudi akan mempertahankan pendiriannya dan tidak menyerah pada tekanan apa pun. Kami ingin Arab Saudi mendengarkan kami, pemilik yang sah, dan berunding dengan kami tentang masalah ini," kata dia.

Negosiasi perdamaian antara Palestina dan Israel terhenti pada April 2014 karena berbagai faktor, termasuk langkah Israel untuk melanjutkan pembangunan permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat yang diduduki dan menolak solusi dua negara dengan Palestina.

Palestina menuding AS berpihak pada Israel dan bersikap bias dalam kelanjutan proses perdamaian yang macet antara kedua negara.