Kelompok Sosial Asal Indonesia Kerja Sama dengan LSM Singapura, Berdayakan Mantan Napi Perempuan

Kelomok Sosial Kolaborasi dengan LSM Asal Singapura
Sumber :
  • Istimewa

Mamuju – Eksistensi organisasi sosial yang berdampak langsung kepada masyarakat kerap menemukan tantangan. Meski program kerja dilakukan mendukung pemerintah, namun tidak jarang perhatian dari pemerintah masih dirasa belum cukup. 

Beberapa kesulitan yang kerap dihadapi adalah kurangnya pengembangan sumber daya manusia, keterbatasan finansial, hingga program yang tidak berkelanjutan. 

Salah satunya Garis Hitam Project. Organisasi asal Sulawesi Barat tersebut, mengaku telah banyak membantu mantan narapidana perempuan untuk bisa berdaya secara ekonomi dan pengentasan stigma negatif yang telah melekat. 

Ilustrasi napi di penjara.

Photo :
  • ANTARA

“Sayangnya, karena stigma negatif kami kesulitan bekerjasama dengan pemerintah karena isu tersebut sangat sensitif dan sulit diterima masyarakat akibat stigma negatif yang terlanjur melekat pada para narapidana perempuan,” kata Staff Program Garis Hitam Project, Nuranti Anarkhis dalam keterangannya, Selasa, 1 Agustus 2023. 

Nuranti memastikan tantangan tersebut tidak membuatnya menyerah.  

Bersama timnya, Garis Hitam Project memulai semua dari bawah di tingkat Kabupaten Mamuju. 

“Kami bekerjasama dengan lapas Kota Mamuju sebagai warga binaan Garis Hitam Project. Untuk selanjutnya, kami berharap dapat memperluas jejaring, baik itu se-Provinsi Sulawesi Barat hingga seluruh Indonesia,” ujar Nuranti. 

Mendengar kisah tersebut, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bernama Chandler Institute of Governance (CIG) asal Singapura ikut tergerak. 

Bersama Campaign, perusahaan perintis bidang pengembang kampanye aplikasi sosial #ForChange, keduanya berkolaborasi dengan menjaring organisasi sosial seperti Garis Hitam Project. Hal itu untuk ikut mendukung kerja-kerja sosial yang dibutuhkan. 

“Dengan memupuk kolaborasi antara pemerintah dan sektor sosial, kami berupaya menciptakan solusi inovatif,” ujar Founder dan CEO Campaign, William Gondokusumo. 

William memastikan, tujuannya adalah untuk menjembatani kesenjangan dan memfasilitasi kemitraan yang bermakna dalam mengatasi tantangan sosial. 

“Kami juga menyadari kebutuhan penting akan dukungan materi dan non-materi dalam kolaborasi ini, sehingga kami berdedikasi untuk mendorong perubahan positif melalui upaya kolektif kami,” tutur dia. 

Senada dengan itu, Direktur Eksekutif CIG, WU Wei Neng menyatakan misi lembaga swadaya masyarakat (LSM) miliknya adalah pemberdayaan lewat kemitraan dengan pemerintah untuk membangun negara yang lebih kuat. Meski biasanya bekerja langsung dengan para pemimpin di pemerintahan, namun disadari organisasi masyarakat sipil juga berperan penting untuk publik. 

“Krisis dan tantangan terkini menunjukkan perlunya kerja sama antar pemerintah dan masyarakat sipil, dan penting bagi kedua belah pihak untuk memiliki keterampilan dan alat yang diperlukan,” pungkas Wei.