PBB Kecam Upaya kudeta di Niger, Presidennya Ditahan Pengawal di Istana
- AP Photo/Hadi Mizban.
New York – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengecam upaya kudeta oleh anggota militer di Niger. Kepresidenan Niger mengonfirmasi bahwa upaya kudeta dilakukan pada Rabu pagi 26 Juli 2023 oleh tentara yang menutup akses ke kediaman resmi Presiden Mohamed Bazoum.
"Sekretaris Jenderal (PBB) mengikuti dengan cermat situasi di Niger. Dia mengecam keras setiap upaya untuk merebut kekuasaan dengan kekerasan dan mengacaukan pemerintahan demokratis, perdamaian, dan stabilitas di Niger," kata Juru Bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric kepada wartawan.
Guterres mendesak semua aktor yang terlibat untuk menahan diri dan memastikan perlindungan tatanan konstitusional, ujar Dujarric. Guterres telah berbicara dengan Bazoum dan menyatakan dukungan penuh dan solidaritas kepada Presiden Niger itu.
Sementara itu, Amerika Serikat menyatakan keprihatinan mendalam atas upaya kudeta tersebut. "Kami mengecam keras segala upaya untuk menahan atau menggulingkan fungsi pemerintah Niger yang terpilih secara demokratis, yang dipimpin oleh Presiden Bazoum," kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dalam sebuah pernyataan.
"Kami secara khusus mendesak unsur-unsur pengawal presiden untuk membebaskan Presiden Bazoum dari penahanan dan menahan diri dari kekerasan," ujar Sullivan.
Lebih lanjut dia menegaskan bahwa Washington terus memantau situasi dengan cermat guna memastikan keselamatan warga Amerika di Niger. Sullivan mengatakan Niger adalah mitra penting bagi AS.
“Kami telah berbagi nilai tentang demokrasi dan hak asasi manusia, dan bekerja sama untuk memajukan keamanan dan kemakmuran kawasan, dan kerja sama substansial kami dengan pemerintah Niger didasarkan pada komitmen berkelanjutan Niger terhadap standar demokrasi,” kata dia.
AS juga menyambut baik pernyataan dan langkah kuat yang diambil oleh Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) dan Uni Afrika untuk mempertahankan demokrasi di Niger. ECOWAS, yang anggotanya mencakup Niger, turut mengecam "upaya merebut kekuasaan dengan paksa" dan menuntut "pembebasan segera dan tanpa syarat" Bazoum.
"(Upaya kudeta) itu adalah tindakan elemen tertentu dari pengawal presiden yang tidak mendapat dukungan dari Angkatan Bersenjata Nasional dan Garda Nasional," kata Kantor Kepresidenan Niger.
"Pada Rabu dini hari, unsur-unsur Pengawal Presiden (GP) terlibat dalam gerakan anti-republik dan berusaha dengan sia-sia untuk mendapatkan dukungan dari Angkatan Bersenjata Nasional dan Garda Nasional," ujar kantor tersebut.
Bazoum dan keluarganya dilaporkan dalam keadaan sehat, menurut Kantor Kepresidenan Niger.
Niger, negara Afrika Barat yang seluruh wilayahnya berbatasan dengan daratan, memiliki sejarah penuh dengan kudeta. Negara itu telah menghadapi berbagai kudeta dan upaya kudeta sejak memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada 1960. (Ant/Antara)