Media Iran Rayakan Krisis di Israel yang Berpotensi Terjadi Perang Saudara
- nytimes.com
Yerusalem – Media pro-Iran pada hari Minggu, 23 Juli 2023 lalu merayakan krisis yang sedang bergejolak di Israel, dengan fokus pada protes dan perpecahan internal di Israel.
Dilansir dari Jerusalem Post, Selasa, 25 Juli 2023, Media pro-rezim Iran telah berbulan-bulan berusaha menyoroti protes yang melanda Israel, menggambarkannya sebagai krisis eksistensial bagi "rezim Zionis".
Iran, yang merupakan musuh Israel, tidak menduga bahwa ancaman Israel sebenarnya adalah ancaman internal. Iran kini meyakini bahwa Israel akan runtuh karena konflik internal, dan oleh karena itu, yang harus dilakukan Iran hanyalah duduk di tepi sungai dan menunggu.
Media Iran pada hari Minggu mengatakan bahwa juru bicara kementerian luar negeri Iran, Nasser Kanaani, telah merujuk pada laporan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berada di rumah sakit.
Juru bicara kementerian Iran kemudian mengklaim bahwa "krisis di jantung rezim Zionis lebih dalam daripada krisis di jantung perdana menterinya," kata laporan di berita Tasnim.
Tasnim dianggap pro-rezim dan dekat dengan IRGC di Iran. Lebih lanjut, media tersebut menyoroti demo di Israel yang telah mencapai Yerusalem dan bahwa demonstran telah mendirikan tenda di depan gedung Knesset atau Parlemen Israel.
Para penentang mengancam akan mencegah diadakannya sesi Parlemen Israel pada hari Minggu dan Senin, 24 Juli 2023, untuk meninjau dan menyetujui rancangan undang-undang (RUU) untuk mengurangi kekuasaan kehakiman.
Laporan lain di Fars News melangkah lebih jauh dengan melaporkan; "Kerusuhan saat ini dapat menyebabkan perang saudara dan berdampak nyata pada keadaan institusi militer rezim pendudukan (Israel).”
Laporan tersebut melihat potensi “bahaya” yang dapat dilintasi di Israel, berspekulasi bahwa pembunuhan politik dan terjadinya pemberontakan di tentara Israel dapat menyebabkan konflik sipil.
Al-Mayadeen, surat kabar yang juga dianggap pro-Iran, memuat tajuk utama hari Minggu yang menunjukkan bahwa Perdana Menteri Israel dan koalisinya prihatin dengan pemerintahan Netanyahu dan peringatan kudeta militer terhadapnya.
Tajuk itu juga berfokus pada laporan bahwa 10.000 tentara cadangan dari 40 unit mengumumkan meninggalkan tugas. "Sementara Channel 13 Israel melaporkan bahwa jumlah penolakan untuk bertugas di Angkatan Udara akan meningkat," bunyi tajuk utama tersebut.