PBB: Kekerasan Seksual di Perang Sudan Harus Dihentikan
- Anadolu Agency.
VIVA Dunia – Bentrokan berlanjut di ibu kota Sudan, Khartoum, ketika perjanjian gencatan senjata tujuh hari memasuki hari kedua pada hari Rabu, dengan PBB mengutuk banyaknya kekerasan seksual dalam konflik tersebut.
Gencatan senjata terbaru sedang dipantau oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat. Itu dimaksudkan untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan, dengan harapan bisa membuka jalan bagi jeda yang lebih lama dalam bentrokan mematikan itu.
Dilansir dari laman DW, Kamis, 25 Mei 2023, perang Sudan yang telah berlangsung sejak 15 April lalu, terjadi antara militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter. Beberapa perjanjian gencatan senjata telah ditengahi, namun tidak ada yang berhasil memadamkan pertempuran sepenuhnya.
Gencatan senjata baru-baru ini dimulai pada malam hari Senin dan dimaksudkan untuk berlangsung selama tujuh hari, dengan kemungkinan akan diperpanjang.
Volker Turk, kepala hak asasi manusia PBB, menggambarkan situasi di negara itu sebagai hal yang "memilukan" dalam konferensi pers di Jenewa pada hari Rabu, 24 Mei 2023. Dia melaporkan pelanggaran gencatan senjata yang sedang berlangsung, mengatakan kantornya telah menerima laporan jet tempur dan bentrokan di Khartoum.
"Banyak warga sipil dikepung di daerah-daerah di mana pertempuran tanpa henti," kata Turk.
Kepala hak asasi manusia PBB juga melaporkan penggunaan kekerasan seksual dalam konflik tersebut, dengan mengatakan kantornya telah mendokumentasikan setidaknya 25 kasus sejauh ini. Jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, tambahnya.
Turk meminta pemimpin militer Abdel-Fattah Burhan dan Mohamed Hamdan Dagalo, yang memimpin kelompok paramiliter RSF, untuk "mengeluarkan instruksi yang jelas, dengan tegas kepada semua orang di bawah komando Anda, bahwa tidak ada toleransi untuk kekerasan seksual."
"Warga sipil harus diselamatkan dan Anda harus menghentikan kekerasan, termasuk seksual, yang tidak masuk akal ini sekarang," katanya.
Sementara itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB mengatakan bahwa perang itu telah membuat lebih dari 1 juta orang mengungsi sejauh ini di dalam negeri. Diperkirakan 319.000 orang telah menyeberang ke negara-negara tetangga, termasuk Mesir, Chad, dan Sudan Selatan.
Penduduk melaporkan artileri berat dan baku tembak di Khartoum yang lebih besar pada hari Rabu, meskipun ada gencatan senjata.
Sementara beberapa bentrokan telah dilaporkan, kantor berita melaporkan jeda relatif dalam pertempuran sejak dimulainya gencatan senjata terbaru. Pengamat Saudi dan AS juga melaporkan perlambatan pertempuran. Namun, mereka juga mengakui pelanggaran di kedua sisi.