Miris! 8 dari 10 Anak Afrika Selatan Umur 10 Tahun Tidak Bisa Membaca

Ilustrasi Anak-anak Afrika
Sumber :
  • Instagram @hikmanursyaa

VIVA Dunia – Delapan dari 10 anak sekolah di Afrika Selatan, kesulitan untuk membaca pada usia 10 tahun. Hal itu mengacu pada sebuah penelitian internasional. 

Afrika Selatan menempati peringkat terakhir dari 57 negara yang diteliti oleh Kemajuan Studi Literasi Membaca Internasional, yang menguji kemampuan membaca 400.000 siswa secara global pada tahun 2021. Buta huruf di antara anak-anak Afrika Selatan meningkat dari 78 persen pada 2016 menjadi 81 persen. 

Menteri Pendidikan Afrika Selatan justru menyalahkan penutupan sekolah selama pandemi COVID-19, yang membuat anak-anak tidak dapat belajar. 

Literasi dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis bagi seseorang. (foto: ipm.or.id)

Photo :
  • vstory

Angie Motshekga juga mengatakan sistem pendidikan negara dihadapkan dengan tantangan sejarah yang signifikan, termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan dan infrastruktur yang tidak memadai. 

"Di banyak sekolah dasar, pengajaran membaca seringkali hanya berfokus pada kinerja lisan, mengabaikan pemahaman membaca dan memahami kata-kata tertulis," katanya, dikutip dari BBC Internasional, Rabu, 17 Mei 2023. 

Studi tersebut menunjukkan bahwa 81 persen anak-anak Afrika Selatan tidak dapat membaca untuk memahami salah satu dari 11 bahasa resmi negara tersebut. 

Selain Maroko dan Mesir, Afrika Selatan adalah salah satu dari hanya tiga negara Afrika yang berpartisipasi dalam penilaian untuk memantau tren literasi dan pemahaman membaca anak usia sembilan dan 10 tahun. 

Ilustrasi Orang Sedang Membaca Kamus/ buku

Photo :
  • pixabay.com

Berdasarkan tes yang diambil setiap lima tahun pada akhir tahun ajaran, studi baru ini menempatkan negara-negara dalam tabel liga pendidikan global. 

Singapura mengamankan posisi teratas dalam hal literasi, dan mendapat skor rata-rata 587, sementara Afrika Selatan di peringkat terakhir dengan 288 poin. Skor tersebut di bawah rata-rata negara Mesir, yang menempati posisi kedua terakhir sebesar 378. Skor yang sangat kecil dibandingkan dengan rata-rata skor internasional 500 poin. 

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan, anak perempuan berada di depan anak laki-laki dalam pencapaian membaca mereka di hampir semua negara yang dinilai, tetapi kesenjangan gender telah menyempit pada putaran pengujian terbaru. 

Perjuangan Afrika Selatan dengan sistem pendidikannya sudah berlangsung lama, dengan ketidaksetaraan yang signifikan antara siswa kulit hitam dan kulit putih akibat pemisahan anak-anak di bawah apartheid. Pendidikan juga menjadi salah satu pengeluaran anggaran terbesar bagi pemerintah, yang dapat menyebabkan kekecewaan atas kinerja yang buruk dalam studi seperti ini. 

Kurangnya bahan bacaan yang sesuai dan infrastruktur yang tidak memadai di sekolah, seringkali seperti toilet, telah menyebabkan krisis di negara itu.