Takut Kecolongan, China Gerebek Perusahaan Konsultan Atas Dugaan Mata-mata
- japantimes.co.jp
VIVA Dunia – China telah memulai tindakan keras anti-mata-mata terhadap perusahaan konsultan di Beijing. Menurut laporan media, satu perusahaan yakni Capvision, melaporkan bahwa polisi telah menggerebek kantornya di seluruh China.
Laporan ini mengikuti penyelidikan baru-baru ini ke kantor konsultan AS Bain & Company di China, dan penahanan terhadap staf China di perusahaan AS Mintz Group.
Melansir dari BBC Internasional, Rabu, 10 Mei 2023, Beijing bulan lalu telah memperluas undang-undang anti-spionase seputar pembocoran informasi.
Sebagai informasi, Capvision didirikan pada 2008 oleh mantan konsultan Bain dan bankir Morgan Stanley. Perusahaan itu menawarkan layanan konsultasi kepada lebih dari 2000 klien dan memiliki kantor pusat di Shanghai dan New York.
Penyiar negara China Jiangsu Television pada hari Senin, 8 Mei 2023, mengatakan dalam sebuah laporan bahwa perusahaan tersebut telah gagal untuk memenuhi tanggung jawab dan kewajiban kontraintelijennya untuk mencegah spionase.
Seorang petugas polisi yang tidak disebutkan namanya yang diwawancarai oleh penyiar tersebut juga menuduh perusahaan seperti Capvision secara rutin mempekerjakan ahli konsultan bergaji tinggi, yang memiliki hubungan dekat dengan otoritas China untuk mendapatkan berbagai jenis data sensitif secara ilegal.
"Ini dapat menimbulkan risiko besar bagi keamanan China," kata polisi itu.
Petugas keamanan negara menggerebek kantor Capvision di Suzhou, Shanghai, Beijing, Shenzhen, dan kota-kota lain, di mana mereka menanyai karyawan dan memeriksa barang-barang kantor. Namun, tidak jelas kapan penggerebekan itu terjadi.
Capvision belum menanggapi sepenuhnya tuduhan tersebut. Namun pada Senin malam, perusahaan tersebut menulis di akun WeChat-nya bahwa mereka akan bertekad dalam memenuhi tanggung jawab keamanan nasionalnya. Hal itu juga termasuk dalam mengambil peran utama untuk mengatur industri konsultasi.
Lebih dari seminggu yang lalu, polisi China mengunjungi kantor konsultan raksasa AS Bain & Company di Shanghai dan menanyai stafnya. Petugas mengambil komputer dan telepon, kata orang-orang yang tahu mengenai masalah tersebut.
Tak hanya itu, pada bulan Maret, otoritas China menahan lima staf lokal di Mintz Group dan menutup kantornya di Beijing. Kementerian luar negeri China mengatakan perusahaan uji tuntas yang berbasis di New York itu dicurigai melakukan operasi ilegal.
Sebagai informasi, China mengeluarkan undang-undang anti-spionase pada bulan lalu, yang memperluas definisi "memata-matai" untuk memasukkan serangan dunia maya terhadap badan negara atau infrastruktur informasi penting.
Undang-undang yang direvisi, yang akan mulai berlaku mulai 1 Juli, juga memberi otoritas China lebih banyak kekuatan untuk secara paksa menggeledah barang-barang atau meminta data individu yang dicurigai sebagai mata-mata.
Pihak berwenang juga dapat melarang warga negara China yang dicurigai sebagai mata-mata untuk meninggalkan negara itu, atau warga negara asing untuk masuk.
Para pejabat asing dan pengamat China mengatakan tindakan keras anti-mata-mata Beijing mungkin merusak upaya untuk membuka ekonominya.
"Bisnis dan investor asing, banyak dari mereka yang sudah waspada terhadap lingkungan operasi dan politik sekarang akan mempertimbangkan dengan lebih hati-hati sifat komitmen komersial mereka ke China," kata George Magnus, seorang ekonom di Pusat China Universitas Oxford.
"China mengutuk AS dan lainnya karena 'decoupling', tetapi China sendiri merupakan penggerak utama dan praktisi terbesar," pungkasnya.