8 Tewas Akibat Penembakan Massal di Texas, AS Kibarkan Bendera Setengah Tiang
- AP Photo/Patrick Semansky
VIVA Dunia – Aksi penembakan massal kembali terjadi di Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, seorang pria bersenjata keluar dari sedan perak dan mulai menembak orang di outlet mal di daerah Dallas pada Sabtu malam, 6 Mei 2023, waktu setempat
Dilansir AP News, Senin, 8 Mei 2023, insiden berdarah itu menewaskan delapan orang dan melukai tujuh lainnya. Tiga korban dilaporkan kritis. Sedangkan pelaku tewas setelah berhasil dilumpuhkan aparat Kepolisian yang kebetulan berada di dekatnya, kata pihak berwenang.
Pihak berwenang tidak segera memberikan perincian tentang identitas pelaku maupun para korban di Allen Premium Outlets, sebuah pusat perbelanjaan outdoor yang luas, tetapi para saksi melaporkan melihat anak-anak menjadi korban diantaranya.
Beberapa mengatakan mereka juga melihat nampaknya seperti petugas polisi dan penjaga keamanan mal tergeletak ke tanah saat penembakan. Pelaku yang tewas termasuk dari 8 orang meninggal dunia akibat penembakan massal yang terjadi.
Aksi penembakan terbaru di AS itu membuat ratusan orang melarikan diri dengan panik. Hampir seminggu sebelumnya, kata pihak berwenang, seorang pria menembak mati lima orang di Cleveland, Texas, setelah seorang tetangga memintanya untuk berhenti menembakkan senjatanya saat seorang bayi tidur.
Seorang karyawan kios pretzel berusia 16 tahun, Maxwell Gum, menggambarkan penyerbuan pembeli secara virtual. Dia dan yang lainnya berlindung di ruang penyimpanan.
"Kami mulai berlari. Anak-anak diinjak-injak," kata Gum. "Rekan kerja saya mengambil seorang gadis berusia 4 tahun dan memberikannya kepada orang tuanya,"
Video Dashcam yang beredar online menunjukkan pria bersenjata itu keluar dari mobil dan menembaki orang-orang di trotoar. Lebih dari tiga lusin tembakan terdengar saat kendaraan yang merekam video melaju.
Kepala Pemadam Kebakaran Allen Jonathan Boyd mengatakan tujuh orang termasuk penembak tewas di tempat kejadian. Sembilan korban dibawa ke rumah sakit daerah, namun dua di antaranya meninggal dunia.
Tiga dari yang terluka berada dalam kondisi kritis pada malam hari, kata Boyd, dan empat lainnya stabil.
Seorang petugas Polisi Allen berada di daerah itu, menerima panggilan dan mendengar tembakan pada pukul 15:36, tulis departemen kepolisian di Facebook.
"Petugas berhasil melumpuhkan tersangka dan menetralkan ancaman. Dia kemudian memanggil personel darurat," tambahnya.
Pembunuhan massal terjadi dengan frekuensi yang sangat mengejutkan di Amerika Serikat tahun ini. Rata-rata setiap satu kali seminggu terjadi aksi penembakan massal, menurut database yang dikelola oleh The Associated Press dan USA Today dalam kemitraan dengan Northeastern University.
Gedung Putih mengatakan Presiden Biden telah diberi pengarahan tentang penembakan itu dan pemerintah telah menawarkan dukungan kepada pejabat lokal.
Presiden Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penembak memiliki peralatan taktis dan "dipersenjatai dengan senjata serbu gaya AR-15."
Biden mengatakan dia dan Jill berdoa untuk keluarga para korban. Dia juga memerintahkan bendera AS diturunkan setengah tiang di Gedung Putih, gedung-gedung publik dan fasilitas militer.
Sementara Gubernur Texas dari Partai Republik Greg Abbott, yang telah menandatangani undang-undang pelonggaran pembatasan senjata api setelah penembakan massal di masa lalu, menyebutnya sebagai "tragedi yang tak terkatakan".