Italia Deklarasikan Darurat Nasional 6 Bulan, Ada Apa?
- Pixabay
VIVA Dunia – Pemerintah sayap kanan Italia, pada hari Selasa 11 April 2023, mendeklarasikan keadaan darurat nasional selama enam bulan untuk membantu mengatasi lonjakan migran yang tiba di pantai selatan negara itu.
TV Resmi Negara, menurut laporan ABC News, mengatakan seorang komisaris khusus akan segera ditunjuk untuk kasus ini. Pendanaan awal sebesar 5 juta euro atau sekitar Rp 81 miliar juga disetujui sebagai bagian dari tindakan yang disetujui oleh Perdana Menteri Giorgia Meloni dan Kabinetnya.
Dalam sebuah pernyataan setelah rapat Kabinet, pemerintah Italia mengatakan keadaan darurat dianggap perlu dilakukan untuk melakukan langkah-langkah luar biasa yang mendesak untuk mengurangi kemacetan, di tempat penampungan migran yang semakin bertambah, di sebuah pulau kecil Italia di Mediterania.
Hal yang juga dibutuhkan adalah “struktur baru, yang cocok baik untuk penampungan maupun pemrosesan dan repatriasi migran yang tidak memiliki persyaratan untuk tinggal di Italia, kata pernyataan resmi pemerintah.
Selama pandemi Covid-19, koalisi pemerintahan Italia juga memberlakukan keadaan darurat, memungkinkan Kabinet untuk mengamanatkan banyak tindakan penanggulangan melalui keputusan, untuk sementara melewati proses parlementer yang biasanya panjang untuk pendanaan dan peraturan.
“Mari kita perjelas, ini tidak menyelesaikan masalah, yang solusinya terkait dengan intervensi Uni Eropa yang hati-hati dan bertanggung jawab,” kata Menteri Perlindungan Sipil dan Kebijakan Laut Nello Musumeci seperti dikutip oleh kantor berita Italia ANSA.
Sejak awal tahun 2023, sekitar 31.000 migran, baik yang diselamatkan oleh kapal militer Italia atau kapal amal atau mencapai Italia tanpa bantuan, telah masuk ke Italia, menurut data Kementerian Dalam Negeri. Itu hampir empat kali lipat, dari sekitar 8.000, untuk periode yang sama dua tahun sebelumnya.
Tempat penampungan kedatangan para migran, yang berangkat dengan kapal yang tidak layak, yang diluncurkan oleh penyelundup dari pantai Afrika utara, tampak semakin membengkak. Pada Rabu pagi pekan ini, sebuah kapal penyelundup, yang penuh sesak dengan sekitar 700 penumpang, diperkirakan berhenti di pelabuhan Catania, sebuah kota besar di Sisilia timur.
Baru-baru ini saja, 26 kapal migran, banyak di antaranya yang sebenarnya tidak perlu diselamatkan, mencapai Lampedusa, pulau kecil Italia di selatan Sisilia. Fasilitas di Lampedusa yang menampung para migran sehingga mereka dapat diidentifikasi untuk sementara sebagai langkah pertama menuju permohonan suaka, terhuyung-huyung di bawah arus kedatangan yang tiada henti.
Tempat penampungan dimaksudkan untuk menampung sekitar 350-400 orang, tetapi dalam beberapa hari terakhir, ada 3.000 orang baru yang tiba. Italia menyewa feri komersial kosong untuk mentransfer ratusan di antaranya ke Sisilia atau daratan utama.
Pada hari Selasa, sekitar 1.600 migran tinggal di struktur Lampedusa, dan pihak berwenang berharap cuaca membaik sehingga pada malam hari sekitar 400 orang dapat diangkut dari pulau itu. “Ada banyak perempuan dengan anak kecil, ditambah lagi ada anak di bawah umur tanpa pendamping,” kata direktur pusat migran, Lorena Tortorici, kepada Italian Sky TG24 TV. “Kami berada dalam situasi darurat. Staf berusaha melakukan apa yang mereka bisa.”
Jumlah migran terbesar yang tiba sepanjang tahun ini berasal dari Pantai Gading, diikuti oleh orang-orang dari Guinea, Pakistan, Mesir, Tunisia dan Bangladesh, menurut penghitungan Menteri Dalam Negeri.
Selama bertahun-tahun, sebagian besar kapal penyelundup yang berlayar di rute Mediterania tengah yang berbahaya berlayar dari Libya barat. Tetapi beberapa bulan terakhir banyak pelayaran dimulai dari Libya timur atau dari Tunisia. Rute lain dimulai dari Turki, bertujuan untuk mencapai Calabria atau Puglia di ujung selatan daratan Italia.