Rusia Pimpin Dewan Keamanan PBB, Zelensky: Tidak Masuk Akal

VIVA Militer: Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky
Sumber :
  • rnz.nz

VIVA Dunia – Rusia memimpin Dewan Keamanan PBB di saat sang presiden Vladimir Putin  dituduh melakukan kejahatan perang di Ukraina adalah sesuatu yang "tidak masuk akal", kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky

Rusia, anggota tetap Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara bersama dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan China, mengambil alih kursi kepemimpinan kelompok tersebut pada Sabtu 1 April 2023, yang membuat murka Ukraina.

Kepemimpinan dewan digilir menurut abjad, dan terakhir kali Rusia memimpin adalah pada Februari 2022, ketika meluncurkan invasi ke Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin.

Photo :
  • Kremlin Pool Photo via AP

"Sayangnya, kami memiliki beberapa berita yang jelas tidak masuk akal dan (bersifat) merusak," kata Zelensky dalam pidato video hariannya Sabtu malam, mencatat bahwa penembakan pihak Rusia telah menewaskan seorang anak laki-laki berusia 5 bulan sehari sebelumnya.

“Dan pada saat yang sama, Rusia memimpin Dewan Keamanan PBB. Sulit membayangkan apa pun yang lebih membuktikan kebangkrutan total lembaga semacam itu, ”lanjutnya, melansir New York Post.

Pengadilan Kriminal Internasional bulan lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin, menuduhnya melakukan kejahatan perang di Ukraina, termasuk dugaan skema untuk mendeportasi anak-anak Ukraina ke Rusia.

“Ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa Putin memikul tanggung jawab pidana individu atas kejahatan yang disebutkan di atas,” kata pengadilan yang berbasis di Den Haag, Belanda.

Pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai Palestina (20/11) di New York, AS

Photo :
  • PTRI New York

Mengenai penculikan anak, Putin diduga "melakukan tindakan secara langsung, bersama-sama dengan orang lain dan/atau melalui orang lain (dan) karena kegagalannya untuk melakukan kontrol dengan baik atas bawahan sipil dan militer yang melakukan tindakan tersebut."

Rusia sebagai presiden Dewan Keamanan juga terjadi hanya beberapa hari setelah Evan Gershkovich, seorang reporter Wall Street Journal, ditahan di Rusia atas tuduhan spionase.

Dinas keamanan FSB Rusia menangkap Gershkovich Kamis lalu di kota Ural Yekaterinburg, menuduhnya mengumpulkan informasi tentang pabrik militer yang tidak ditentukan.