Ancam Kedaulatan Negara, Langkah AS Tembak Jatuh Balon Mata-mata Cina Tepat
- Chad Fish via AP
VIVA Dunia - Aksi dugaan ‘spy’ ilegal yang dilakukan Cina, melalui balon mata-mata jadi sorotan dunia internasional. Amerika Serikat (AS) belum lama ini menembak jatuh balon mata-mata Cina di lepas Pantai Surfside, Carolina Selatan.
Mengutip The Guardian, balon mata-mata milik Cina itu tampak seperti bulan di siang hari dengan pergerakan yang misterius. Balon 'siluman' itu diduga sudah berhasil melintasi beberapa negara bagian dan menuju Samudra Atlantik.
Alasan keamanan negara yang membuat militer AS mengambil sikap untuk menghancurkan balon 'siluman' itu dengan cara ditembak jatuh dengan jet tempur. Beberapa negara yang dilaporkan pernah melihat balon mata-mata Cina adalah Taiwan, Jepang, hingga Kosta Rika.
Menanggapi itu, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris), mengimbau agar negara-di dunia khususnya Indonesia merespons serius persoalan balon mata-mata Cina. Manuver Cina melalui balon simulan dinilai mengancam kedaulatan negara.
Peneliti senior Centris, AB Solissa menjelaskan, temuan balon mata-mata Cina membuktikan kebenaran isu spionase ilegal yang dilakukan Cina ke beberapa negara. Kata dia, Cina melakukan aksi tersebut biasanya terhadap negara yang dianggap sebagai kompetitor.
“Dari informasi yang kami terima, sisa puing-puing balon Cina yang ditembak jatuh pesawat tempur Amerika Serikat, telah ditemukan sensor dan peralatan elektronik yang diduga kuat untuk menguping sinyal elektronik,” kata Solissa, dalam keterangannya, Jumat, 10 Maret 2023.
Solissa melanjutkan dari beberapa analis terkait keberadaan balon Beijing, bahwa aksi itu diduga untuk mendeteksi dan mengumpulkan sinyal intelijen. Hal itu menurutnya jadi bagian dari program pengawasan udara besar terkait militer.
Dia mengatakan balon 'siluman' tersebut diduga sudah merambah wilayah udara Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir.
Ia menyebut setidaknya di era Presiden Donald Trump, ada empat balon Cina yang terlihat di Hawaii, Florida, Texas, dan Guam. Solissa menuturkan balon-balon tersebut saat ini baru bisa diidentifikasi sebagai kapal udara pengintai Cina.
Balon 'siluman' itu bisa dioperasikan dengan ketinggian 68 ribu sehingga lebih sulit dijangkau pesawat dan terdeteksi radar modern.
“Kemungkinan Cina mengoperasikan armada balon mata-mata selama bertahun-tahun. Di mana balon-balon telah mengekstraksi data dan informasi tentang aset militer di negara dan wilayah yang dianggap strategis, seperti India, Jepang, Taiwan, Vietnam, dan Filipina,” tutur AB Solissa.
Dia mengatakan dapat informasi balon ‘spy’ Cina pernah berada di atas fasilitas angkatan laut yang vital di India. Salah satunya balon itu terlihat kamera terbang di atas Port Blair di Kepulauan Andaman & Nikobar Samudra Hindia, yang merupakan rumah bagi Fasilitas Angkatan Laut India.
Insiden serupa juga terjadi di Jepang. Dari otoritas Jepang melaporkan balon pengintai Cina sudah memasuki wilayah udaranya setidaknya tiga kali dalam beberapa tahun terakhir.
Pun, Solissa menyampaikan Cina sudah mengembangkan teknologi pengawasan balon baru selama bertahun-tahun. Kemudian, balon yang diproyeksikan sebagai pesawat pengintai tersebut diduga sebagai bagian dari upaya angkatan udara gabungan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), untuk melakukan operasi pengintaian.
“Beberapa analis intelijen menyimpulkan bahwa balon-balon tersebut diduga milik kekuatan ke-5 PLA yang misterius, atau tentara stratosfer," jelas Solissa.
Lebih lanjut, dia menduga dari informasi yang beredar, PLA gunakan balon-balon spy itu untuk kegiatan intelijen dan pengintaian yang mampu melakukan serangan Electromagnetic Pulse (EMP).
Selain itu, ada dugaan balon yang diterbangkan tinggi di di udara di atas pangkalan militer di sejumlah negara jadi ‘platform pengiriman’ kunci untuk serangan nuklir rahasia.
“Tembak jatuh balon-balon Beijing adalah pilihan tepat untuk mengantisipasi kegiatan spionase ilegal Cina sebelum membawa persoalan ini ke PBB, demi melindungi kedaulatan sebuah negara," ujar Solissa.