Volodymyr Zelensky Akhirnya Ingin Bertemu Xi Jinping, Siap Damai?

VIVA Militer: Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky
Sumber :
  • rnz.nz

VIVA Dunia – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia ingin untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas proposal Beijing untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Berbicara pada peringatan pertama invasi, dia mengatakan proposal tersebut mengisyaratkan bahwa China terlibat dalam pencarian perdamaian. "Saya benar-benar ingin percaya bahwa China tidak akan memasok senjata ke Rusia," ujar Zelensky, melansir BBC

Rencana China menyerukan pembicaraan damai dan menghormati kedaulatan nasional.

Zelensky berbicara secara virtual di KTT G20

Photo :
  • AFP

Namun, dokumen yang memiliki 12 poin itu tidak secara khusus mengatakan bahwa Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina, dan juga mengutuk penggunaan "sanksi sepihak", yang dipandang sebagai kritik terselubung terhadap sekutu Ukraina di Barat.

Pihak berwenang China sejauh ini belum secara terbuka menanggapi seruan Zelensky untuk mengadakan pertemuan puncak dengan Xi. 

Sementara itu, Rusia memuji proposal perdamaian China. "Kami memiliki pandangan yang sama dengan Beijing," kata kementerian luar negeri di Moskow dalam sebuah pernyataan.

Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Beijing sedang mempertimbangkan untuk memasok senjata dan amunisi ke Rusia, klaim yang dibantah keras oleh pihak Beijing. Namun, media Amerika kembali melaporkan bahwa pemerintah China sedang mempertimbangkan untuk mengirim drone dan peluru artileri ke Moskow. 

Proposal China itu menyusul kunjungan diplomat tinggi negara itu Wang Yi ke Moskow, di mana dia bertemu dengan Presiden Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada hari Rabu.

Setelah pembicaraan, Wang, dikutip oleh kantor berita pemerintah China Xinhua, mengatakan bahwa Beijing bersedia untuk "memperdalam kepercayaan politik" dan "memperkuat koordinasi strategis" dengan Moskow.

VIVA Militer: Presiden China, Xi Jinping

Photo :
  • Toronto Star

Pejabat Barat memberikan proposal terbaru dengan sambutan hangat. Ketua NATO Jens Stoltenberg mengatakan Beijing "tidak memiliki banyak kredibilitas" karena "tidak mampu mengutuk invasi ilegal ke Ukraina".

Presiden Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022, dan pasukan Rusia membuat kemajuan signifikan selama beberapa hari pertama di utara, timur, dan selatan Ukraina.

Namun serangan ke ibu kota Kyiv segera berhasil dipukul mundur dan militer Ukraina kemudian dapat merebut kembali wilayah yang luas.

Konflik ini, adah yang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.