Beijing Sebut Balon Udara AS 10 Kali Langgar Wilayah udara China, Washington Bantah Tudingan Itu
- ANTARA/Xinhua.
VIVA Dunia – Kementerian Luar Negeri China di Beijing menyebut balon udara milik Amerika Serikat telah sepuluh kali melakukan pelanggaran di atas wilayah udara China. Tuduhan itu langsung dibantah oleh Gedung Putih.
"Sejak tahun lalu, balon udara AS terbang tinggi lebih dari sepuluh kali di wilayah udara China tanpa otorisasi dari pihak China," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, Senin.
Selain itu, AS juga sering kali mengirimkan pesawat dan kapal perang untuk melakukan pengintaian di China, katanya. Ia memerinci pesawat AS terbang sebanyak 657 kali selama 2022 dan 64 kali pada Januari 2023 di wilayah udara perairan Laut China Selatan.
"Ini jelas mengganggu keamanan nasional China dan perdamaian serta stabilitas di kawasan," kata Wang menanggapi insiden penembakan balon udara China yang memasuki wilayah udara AS itu.
China mendesak AS untuk lebih baik "bercermin atas perilaku sendiri" daripada menyerang pihak lain dan memicu konfrontasi. Wang juga menuduh AS berkali-kali melakukan operasi penyadapan rahasia secara global dengan memanfaatkan keunggulan teknologinya.
"Operasi tersebut melanggar kedaulatan dan kepentingan negara-negara lain, hukum internasional, dan norma hubungan antarnegara," kata Wang.
Gedung Putih membantah tuduhan China bahwa Amerika Serikat pernah mengirim balon ke China untuk melakukan pengintaian. "Klaim apa pun bahwa pemerintah AS mengoperasikan balon pengintai di RRT adalah kekeliruan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson, di Twitter.
"China-lah yang memiliki program balon pengintai ketinggian tinggi untuk pengumpulan intelijen, yang telah digunakan untuk melanggar kedaulatan AS dan lebih dari 40 negara di 5 benua," tambah dia,
Pesawat nirawak yang disebut-sebut sebagai "balon mata-mata" China ditemukan terbang secara ilegal di atas wilayah AS pada Rabu (1/2). Tiga hari kemudian, jet tempur AS menembak jatuh balon udara mata-mata itu di atas perairan Samudera Atlantik atas persetujuan Presiden Joe Biden.
Beijing melayangkan protes keras atas penembakan tersebut, karena sebelumnya menginformasikan kepada Washington bahwa balon itu merupakan pesawat nirawak sipil untuk tujuan penelitian ilmiah. Insiden tersebut telah memperdalam konflik kedua negara ekonomi terbesar di dunia itu, sampai-sampai Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menggagalkan kunjungannya ke Beijing pada Jumat (3/2). (Ant/Antara)