Centris: RI Sepatutnya Mendukung Kemerdekaan Tibet
- AP Photo/ Ashwini Bhatia
VIVA Dunia - Sebagai negara yang berdarah-darah memperjuangkan kemerdekaan melawan penjajah, RI mestinya di barisan terdepan mendukung kemerdekaan Tibet. Meski sudah proklamirkan kemerdekaan sejak lama, tapi Tibet masih dalam kekuasaan Cina.
Demikian disampaikan peneliti senior Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris), AB Solissa. Dia menyoroti isu itu karena kemerdekaan Tibet sudah diproklamasikan pada 13 Februari 1913 oleh Dalai Lama di Majelis Nasional. Artinya, sudah 1 abad lalu deklarasi itu dilakukan.
“Sebagai negara yang dulunya berdarah-darah, hidup-mati memperjuangkan kemerdekaan di zaman penjajahan, Indonesia sepatutnya mendukung kemerdekaan Tibet,” kata AB Solissa, dalam keteranganya, Senin, 13 Februari 2023.
Dia menilai China punya keinginan menguasai Tibet yang tujuannya sama dengan negara-negara kolonial di masa penjajahan. Tujuan yaitu merampas dan menguasai sumber daya alam negara-negara yang mereka kuasai.
Menurut Solissa, Tibet dijuluki sebagai atap dunia karena banyak sungai di negara tersebut. Negara tersebut juga terdapat jalur kehidupan untuk masyarakat di di Asia.
Dia bilang, Tibet juga tercatat memiliki kekayaaan flora dan fauna, serta terdapat cadangan logam mulia seperti emas, perak, hingga tembaga.
Solissa mengatakan dari informasi yang diterima Centris, China diduga gila-gila-an melakukan industrialisasi dan sejumlah infrastruktur di Tibet."Salah satunya membendung sungai-sungainya secara maksimal,” tutur AB Solissa.
Menurut dia, imbas bendungan tersebut berpengaruh terhadap krisis air bagi rakyat Tibet terutama yang tinggal di dataran di bawah.
Pun, dia mengatakan Centris punya informasi lain soal Cina yang diduga brutal berburu dengan sengaja memotong hewan sejenis sapi peliharaan warga Tibet. Padahal, ternak hewan sapi itu beri manfaat besar terhadap warga Tibet.
Selain itu, Cina diduga melakukan cara licik lain yang bertujuan agar warga Tibt pengembala hewan pergi dari area sabana. Dengan cara itu, Beijing bisa lebih leluasa mengeksplore sumber daya alam di Tibet.
“Kemerdekaan bagi Tibet juga teramat penting untuk mengembalikan sekaligus memulihkan ekosistem dataran tinggi Tibet," tutur Solissa.
Kemudian, menurutnya dengan kemerdekaan Tibet juga mencegah kemungkinan agresi atau perang antara Cina dengan negara-negara sekitar seperti India.
Solissa menganalisa status Tibet berperan sebagai wilayah penyangga antara China dan India. Maka itu, siapa yang bisa menguasai Tibet maka akan memiliki banyak keunggulan.
Tapi, kata dia, India saat ini tidak dalam posisi yang tak menguntungkan secara strategis. Adapun saat ini hubungan antara Cina dengan India juga tidak begitu cair.
“Gerak maju Cina menuju perbatasan India melalui Tibet, dapat mengarah pada perang sengit antar kedua negara,” ujar Solissa.
Dikutip dari DW, Cina punya keberanian untuk bermanuver perang. Hal tersebut disampaikan Kepala pemerintahan eksil Tibet, Lobsang Sangay.
Sangay menduga Cina sudah sejak lama ingin memanfaatkan Tibet sebagai batu loncatan menuju India, Bhutan dan Kashmir. Dia mengataka seperti itu karena merujuk pernyataan eks Presiden Cina Mao Zedong.
“Pemimpin Cina seperti Mao Zedong mengatakan Tibet adalah telapak tangan, sementara lima jarinya adalah Ladar, Nepal, Sikkim, Bhutan dan Arunachal Pradesh,” kata Sangay kepada jurnalis DW.
Lalu, Sangay juga menyinggung omongan Presiden Cina saat ini, Xi Jinping.
“Xi Jinping sendiri yang bilang bahwa stabilitas dan keamanan Cina bergantung pada stabilitas dan keamanan Tibet. Jadi bagi Cina, Tibet sangat penting," tutur Sangay.