VIVA RePlay 2022: Perjuangan Sengit Ukraina Perang Lawan Rusia
- Ukrainian Presidential Press Office via AP.
VIVA Dunia – Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung selama 10 bulan sejak Presiden Rusia, Vladimir Putin, melaksanakan operasi militer besar-besaran ke negara tetangganya itu pada 24 Februari 2022. Perang Ukraina-Rusia telah menyebabkan ribuan tentara dan warga sipil dari kedua belah pihak tewas, dan memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Diperkirakan hampir 8 juta warga Ukraina mengungsi dan terpaksa meninggalkan negara mereka akibat perang. Jutaan warga Ukraina pun mengalami krisis energi akibat Rusia menyerang sumber-sumber energi, dan jaringan listrik di negara itu. Kota-kota Ukraina gelap gulita tanpa listrik dan penghangat selama musim dingin.
Rusia terus menggempur wilayah timur dan selatan Ukraina selama 24 jam dan menganeksasi 4 wilayah Ukraina yakni Donetsk dan Luhansk di timur serta Zaporizhzhia dan Kherson di selatan pada 5 Oktober 2022 lalu. Meski begitu perlawanan pasukan Ukraina tidak melemah. Terakhir, pasukan Ukraina berhasil memukul mundur serangan infanteri Rusia di sejumlah lokasi di wilayah Donetsk termasuk Bakhmut dan Soledar, kata staf umum Ukraina.
Kemenangan Besar Pertama Ukraina
Pada awal November lalu, Militer Ukraina berhasil membebaskan sejumlah wilayah Kherson dari pendudukan Rusia setelah Moskow menarik mundur pasukannya. Tentara Putin harus mundur dari Kiev dan Kerson, dan gagal merebut Kharkiv meskipun letaknya dekat dengan perbatasan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dengan penuh kemenangan berjalan di jalan-jalan kota Kherson yang baru dibebaskan dari pendudukan Rusia pada Senin 14 November 2022. Zelensky menyebut penarikan Rusia sebagai "awal dari akhir perang," tetapi juga mengakui harga mahal yang dibayar pasukan Ukraina dalam upaya keras mereka untuk mendorong mundur penyerbu.
Perebutan kembali Kherson adalah salah satu keberhasilan terbesar Ukraina dalam perang selama 10 bulan, memberikan pukulan telak lainnya ke Kremlin. Pembebasan Kherson bisa berfungsi sebagai batu loncatan untuk kemajuan lebih lanjut ke wilayah pendudukan.
Ukraina bertekad membebaskan semua tanah yang telah diambil Rusia darinya sejak 2014 termasuk Krimea. Sementara Rusia dikabarkan sedang mengumpulkan pasukan baru untuk serangan-serangan lain, kemungkinan di akhir musim dingin atau awal musim semi.
50 Negara Barat Bantu Ukraina
Ukraina telah mengambil kembali sejumlah wilayah yang diduduki Rusia, tetapi akan membutuhkan lebih banyak bantuan untuk mengusir Rusia menuju perdamaian. Zelensky telah berulang kali meminta bantuan persenjataan dan perlindungan udara dari negara-negara Barat untuk melawan Rusia.
“Saya meminta Anda untuk memperkuat upaya keseluruhan untuk membantu secara finansial dengan pembuatan perisai udara untuk Ukraina. Jutaan orang akan berterima kasih kepada Kelompok Tujuh atas bantuan semacam itu," katanya dalam pidato video kepada para pemimpin G7, pada Selasa 11 Oktober 2022, sambil memperingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin "masih memiliki ruang untuk eskalasi lebih lanjut".
Minggu 20 November 2022, Rusia meluncurkan rentetan misilnya yang paling intens, sejak perang dimulai. Rusia melancarkan 400 serangan di wilayah timur Ukraina. Pertempuran paling sengit, seperti sebelumnya, terjadi di wilayah Donetsk.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengatakan serangan terbaru Rusia telah mengungkapkan “kebencian dan kekejaman” sejak menyerang Ukraina pada 24 Februari.
Lebih dari 50 negara Barat bertemu di Brussel dan menjanjikan lebih banyak bantuan senjata bagi Ukraina, terutama sistem pertahanan udara. Para pemimpin Uni Eropa setuju untuk menyediakan 18 miliar euro dalam pembiayaan ke Ukraina tahun depan, dan menghukum Moskow dengan paket sanksi kesembilan.
Yang terbaru, Presiden AS Joe Biden mengumumkan pengiriman bantuan persenjataan keempat kalinya ke Ukraina senilai US$ 1,8 miliar atau setara Rp28,8 triliun, pada Rabu 21 Desember 2022. Biden dan Kongres AS berjanji kepada Zelensky, yang mengunjungi Washington, untuk membantu Ukraina mengejar perdamaian yang adil.
"Bagi saya sebagai Presiden, perdamaian saja bukanlah kompromi," kata Zelensky kepada wartawan di Gedung Putih, kunjungan pertamanya ke luar negeri sejak invasi Rusia dimulai Februari lalu, melansir AP.
Dia mengatakan perang akan berakhir setelah kedaulatan, kebebasan dan integritas teritorial Ukraina dipulihkan, serta pembalasan atas semua kerusakan yang ditimbulkan oleh agresi Rusia.
Di hadapan parlemen AS, Zelenksy menyatakan bahwa uang yang diberikan AS bukan amal, tetapi sebuah investasi dalam keamanan global dan demokrasi. Zelensky menyebut puluhan miliar dolar dalam bantuan militer dan ekonomi AS yang diberikan selama setahun terakhir sangat penting bagi upaya Ukraina untuk mengalahkan Rusia, dan meminta lebih banyak lagi di masa depan.
"Uang Anda bukan amal. Ini adalah investasi dalam keamanan global dan demokrasi yang kami tangani dengan cara yang paling bertanggung jawab,” kata dia berusaha meyakinkan para anggota DPR yang ada di ruangan dan rakyat AS yang menonton di rumah.
Rusia Terus Lancarkan Serangan
Melansir Euronews, Zelensky dan kepala pertahanan senior memperkirakan bahwa Rusia akan melancarkan serangan baru awal tahun depan dalam upaya kedua untuk merebut ibu kota Kiev. Peringatan itu datang di saat sekutu Barat meningkatkan dukungan mereka untuk Ukraina dengan dana tambahan dan pelatihan militer.
Serangan baru Moskow dapat terjadi segera setelah Januari, kata Volodymyr Zelenskyy, Jenderal Valery Zaluzhniy dan Jenderal Oleksandr Syrskiy seperti dikutip dalam wawancara dengan majalah The Economist, Kamis 15 Desember 2022.
Para pejabat mengatakan serangan itu dapat diluncurkan dari wilayah Donbas timur, selatan atau tetangga Belarusia, dan dapat mencakup serangan darat lainnya ke Kiev, yang gagal direbut Moskow pada awal invasi.
"Rusia sedang mempersiapkan sekitar 200.000 tentara baru. Saya tidak ragu mereka akan mencoba lagi di Kiev," kata Zaluzhniy.
Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov, juga mengatakan dalam sambutannya yang diterbitkan di The Guardian bahwa bukti meningkat bahwa Rusia merencanakan serangan baru yang luas. Dia berspekulasi serangan bisa terjadi pada bulan Februari ketika setengah dari 300.000 tentara yang wajib militer Rusia akan menyelesaikan pelatihan.
“Bagian kedua dari mobilisasi, sekitar 150.000 (tentara) lakukan persiapan minimal tiga bulan. Itu berarti mereka mencoba untuk memulai gelombang ofensif berikutnya mungkin di bulan Februari, seperti tahun lalu. Itu rencana mereka,” kata Reznikov kepada The Guardian.
Rusia dan Ukraina telah menolak gencatan senjata pada hari Natal. Kedua negara hingga saat ini juga tidak ada pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri konflik, yang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.