Hakim Peru Perintahkan Penahanan Presiden Pedro Castillo Selama 18 Bulan
- AP Photo/Hugo Curotto.
VIVA Dunia – Seorang hakim Peru memerintahkan Presiden Pedro Castillo, yang digulingkan untuk tetap dalam tahanan selama 18 bulan, karena protes nasional yang dipicu oleh krisis politik tidak menunjukkan tanda-tanda kesudahan. Selain itu korban tewas dalam protes tersebut meningkat menjadi 14 orang.
Keputusan hakim tersebut diambil sehari setelah pemerintah mendeklarasikan keadaan darurat. Polisi berjuang untuk menenangkan kekerasan yang sangat sengit di daerah Andes, basis dukungan untuk Castillo. Penggulingan presiden Peru dalam pemilihan mengejutkan tahun lalu membawa penolakan langsung dari elit politik, yang telah menarik ribuan pendukung setianya ke jalan-jalan.
"40 orang dinyatakan dirawat di rumah sakit karena luka yang diderita selama kerusuhan sipil," kata kementerian kesehatan Peru, dikutip dari AP, Jumat, 16 Desember 2022.
Protes meletus setelah Castillo dicopot dari kekuasaannya oleh anggota parlemen pekan lalu, menyusul upayanya untuk membubarkan Kongres menjelang pemungutan suara untuk mamakzulkannya. Krisis di Peru hanya akan memperdalam ketidakstabilan yang mencengkeram negara itu.
Putusan Hakim Juan Carlos Checkley Soria terjadi setelah kongres mencabut hak istimewa Castillo yang membuat presiden Peru tidak menghadapi tuntutan pidana.
Castillo dan tim hukumnya juga menolak untuk berpartisipasi dalam sidang virtual hari Kamis, 15 Desember 2022, dengan alasan kurangnya jaminan minimum. Dia diwakili oleh pembela umum, yang mengatakan bahwa pihaknya akan mengajukan banding atas keputusan hakim.
Jaksa Agung Peru, Alcides Chinchay, mengatakan di pengadilan, pada hari Kamis bahwa Castillo menghadapi setidaknya 10 tahun penjara atas tuduhan pemberontakan.
Sementara itu, sekelompok besar pengunjuk rasa dan polisi anti huru hara telah berkumpul di Lima tengah, pada Kamis malam. Pemerintah juga memberlakukan jam malam kira-kira selama lima hari di setidaknya 15 komunitas, sebagaimana diizinkan oleh deklarasi darurat nasional yang dikeluarkan pada hari Rabu, 14 Desember 2022.
Para pengunjuk rasa menuntut kebebasan Castillo, dan pengunduran diri Presiden Dina Boluarte, serta penjadwalan segera pemilihan umum untuk memilih presiden baru dan anggota Kongres. Mereka (para pengunjuk rasa) telah membakar kantor polisi, mengambil alih lapangan terbang yang digunakan oleh angkatan bersenjata, dan menyerbu landasan pacu bandara internasional di Arequipa, pintu gerbang ke beberapa tempat wisata Peru.
Buntut dari pecahnya protes di Peru ribuan turis terkena dampak akibat aksi tersebut. Kereta penumpang yang membawa pengunjung ke Machu Picchu juga menangguhkan layanan, dan penghalang jalan di jalan raya Pan-Amerika membuat trailer traktor terdampar selama berhari-hari, dan merusak makanan yang akan dibawa menuju ibu kota.
Di Cusco, tujuan wisata utama, orang-orang terjebak di hotel dan bandara pada hari Kamis. “Saya akan kembali ke Ekuador pada hari Senin, dan sayangnya, mereka memberi tahu kami bahwa semua penerbangan dibatalkan karena protes,” kata Karen Marcillo, yang harus tidur di bandara Teniente Alejandro Velasco Astete di Cusco.
Dampak terhadap pariwisata terjadi karena Peru masih belum pulih dari pandemi COVID-19, yang mengurangi kunjungan tahun lalu menjadi 400.000 dari 4,4 juta pada 2019.