Terpidana Hukuman Mati di Iran: Jangan Baca Al-Qur'an di Makam Saya
- NDTV.
VIVA Dunia – Pria berusia 23 tahun akan dieksekusi di Iran sehubungan dengan protes anti-pemerintah yang meledak di negara itu. Tepat sebelum eksekusi berlangsung, pria itu meninggalkan pesan bahwa dia tidak ingin ada orang yang meratapi kematiannya, dan melarang siapa pun untuk membaca Quran di makamnya.
Majidreza Rahnavard, pria yang mendapat hukuman gantung di depan umum pada hari Senin, 12 Desember 2022, di kota Mashhad. Eksekusi Rahnavard terjadi empat hari setelah Mohsen Shekari, dieksekusi atas tuduhan melukai seorang anggota pasukan keamanan.
Eksekusi itu adalah kasus pertama hukuman mati yang digunakan pemerintah terhadap pengunjuk rasa. Sebuah video muncul hari ini yang menunjukkan Rahnavard mengungkapkan apa yang menjadi keinginan terakhirnya.
Dalam video tersebut, Rahnavard, dengan mata tertutup dan diapit oleh dua penjaga bertopeng, terlihat berbicara ke kamera.
"Saya tidak ingin ada yang meratapi kuburan (kematian) saya. Saya tidak ingin mereka membaca Al-Qur'an atau berdoa di makam saya. Rayakan kematian saya dengan memainkan musik," ujarnya, dikutip dari NDTV, Jumat, 16 Desember 2022.
Rahnavard dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan karena menikam hingga mati dua anggota pasukan keamanan dan melukai empat orang lainnya. Namun, Direktur kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo, Mahmood Amiry-Moghaddam, mengatakan Rahnavard dijatuhi hukuman mati berdasarkan pengakuan paksaan setelah persidangan.
"Eksekusi publik terhadap seorang pengunjuk rasa muda, 23 hari setelah penangkapannya, adalah kejahatan serius lainnya yang dilakukan oleh para pemimpin republik Islam," tuturnya.
Pemantau protes saluran media sosial 1500tasvir mengatakan keluarganya telah diberitahu tentang eksekusi tersebut.
Protes anti-pemerintah telah mengguncang rezim selama berbulan-bulan. Iran menyebut protes itu adalah tindakan kerusuhan dan mengatakan mereka (massa) didorong oleh musuh asing Iran.
Protes dimulai empat bulan lalu setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun, seorang Kurdi-Iran yang ditangkap oleh polisi moralitas karena diduga melanggar kode berpakaian ketat republik Islam untuk wanita.