Jenderal Iran Sebut 300 Orang Lebih Tewas Selama Aksi Protes Kematian Mahsa Amini

Demonstran mengangkat poster Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Sumber :
  • AP Photo/Vahid Salemi

VIVA Dunia – Lebih dari 300 orang tewas dalam protes di Iran sejak sejak meletupnya demonstrasi atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral pada 16 September 2022, kata seorang jenderal Pengawal Revolusi, Selasa, 29 November 2022.

"Semua orang di negara ini telah terpengaruh oleh kematian wanita ini. Saya tidak memiliki angka terbaru, tapi saya pikir kami mungkin memiliki lebih dari 300 martir dan orang yang terbunuh di negara ini, termasuk anak-anak sejak kejadian ini," kata Brigadir Jenderal Amirali Hajizadeh, kepala divisi kedirgantaraan Garda dalam sebuah video yang diterbitkan oleh kantor berita Mehr.

Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan divisi kedirgantaraan Pengawal Revolusi paramiliter, dikutip oleh sebuah situs web yang dekat dengan Garda mengatakan bahwa lebih dari 300 orang telah tewas, termasuk mereka yang jadi martir.  

Aksi demonstrasi anti-pemerintah di Iran telah berlangsung sejak September sejak kematian Mahsa Amini.

Photo :
  • NDTV.

Dia juga menyarankan bahwa banyak dari mereka yang terbunuh adalah warga sipil Iran biasa yang tidak terlibat dalam protes. Namun, dia tidak memberikan angka pasti atau mengatakan dari mana perkiraannya berasal.

Mekansir dari NDTV, Selasa, 29 November 2022, korban meninggal tersebut termasuk puluhan polisi, tentara dan milisi yang tewas dalam bentrokan dengan demonstran atau dibunuh.

Sementara itu, korban resmi terbaru setidaknya memakan 416 orang, yang terbunuh dalam penindasan protes di Iran, menurut kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo.

Kelompok itu mengatakan jumlah korbannya termasuk mereka yang tewas dalam kekerasan terkait protes Amini dan kerusuhan di provinsi tenggara Sistan-Baluchistan.

Pihak berwenang sangat membatasi liputan media tentang protes tersebut. Media yang terkait dengan negara belum melaporkan jumlah korban secara keseluruhan, dan sebagian besar berfokus pada serangan terhadap pasukan keamanan, yang menurut para pejabat dilakukan oleh kelompok militan dan separatis bayangan.

Hajizadeh menegaskan kembali klaim resmi bahwa protes telah dipicu oleh musuh Iran, termasuk negara-negara Barat dan Arab Saudi, tanpa memberikan bukti. Para pengunjuk rasa mengatakan mereka muak setelah puluhan tahun represi sosial dan politik, dan menyangkal memiliki agenda asing.

Protes telah menyebar ke seluruh negeri dan mendapat dukungan dari seniman, atlet, dan tokoh masyarakat lainnya. Kerusuhan bahkan membayangi Piala Dunia, dengan beberapa orang Iran secara aktif mendukung tim nasional mereka sendiri karena mereka melihatnya terkait dengan pemerintah.

Protes yang pecah di Iran juga mendapat sikap tegas dari tim pesepakbola nasional Iran, yang tidak menyanyikan lagu kebangsaannya saat bertanding di Piala Dunia. 

Namun, pemerintah Iran justru mengancam akan menangkap dan menyiksa keluarga dari pemain nasional, apabila mereka tidak mematuhi aturan pemerintah Iran.