Wanita Iran Ditembak di Bagian Mata oleh Polisi Moral Viral di Media Sosial

Warga Iran berkumpul di depan peti mati korban tewas kekerasan aparat selama unjuk rasa.
Sumber :
  • Newsweek.

VIVA Dunia – Sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan seorang wanita, yang dilaporkan tertembak di matanya selama protes yang terus berkecamuk di Iran. Ghazal Ranjkesh, seorang mahasiswa hukum dari kota Bandar Abbas di Provinsi Hormozgan, terekam sedang berbaring dengan perban di mata kanannya.

"Dia kehilangan mata kanannya karena peluru polisi selama protes," cuit Omid Memarian, seorang analis senior Iran di organisasi Demokrasi untuk Dunia Arab Sekarang (DAWN), dikutip dari Newsweek, Kamis, 24 November 2022.

"Gambar terakhir yang direkam mata kanan saya adalah senyum orang itu ketika dia menembak," tambahnya.

Wartawan dan aktivis Iran Masih Alinejad juga menyoroti kasus Ranjkesh. Dia men-tweet foto Ranjkesh sebelum cedera.

"Saat dalam perjalanan untuk bekerja dari rumah, dia ditembak oleh polisi rezim Islam dan kehilangan satu matanya. Rezim Islam di Iran melumpuhkan kekuatan pendudukan."

"Mata saya sangat indah, semua orang mengatakan itu," kata Ranjkesh.

Insiden itu terjadi di tengah laporan bahwa ratusan korban yang ambil bagian dalam demonstrasi menderita luka mata parah yang ditimbulkan oleh pasukan keamanan Iran. Memarian mengatakan kepada Newsweek bahwa peluru itu digunakan untuk melawan pengunjuk rasa.

"Tidak hanya untuk mendorong mereka kembali ke rumah tetapi untuk menciptakan bahaya yang maksimal. Itu sebabnya kami melihat mereka menembaki wajah, leher, dan kepala pengunjuk rasa sehingga kemungkinan mereka akan kembali lagi ke jalanan adalah nol," ujarnya.

Para pelajar perempuan di Iran protes antihijab dan salahkan negara yang keras

Photo :
  • Twitter

"Tidak ada keraguan bahwa negara telah memilih untuk menggunakan tingkat kekerasan ekstrem untuk menakut-nakuti orang agar tidak bergabung dengan protes dengan memaksimalkan biaya dan kerugian," katanya.

Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan bahwa lebih dari 300 orang telah tewas dalam protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini pada 16 September 2022, yang ditangkap oleh polisi moral negara itu setelah dituduh mengenakan jilbab secara tidak pantas.