Iran Berusaha Mengkambinghitamkan Aksi Demonstrasi Antirezim dengan Penembakan di Masjid Cheragh
- Mohammadreza Dehdari/Iranian Students' News Agency, ISNA, via AP.
VIVA Dunia – Pemimpin tertinggi Iran dan presidennya pada Kamis, 27 Oktober 2022, mencoba menghubungkan protes nasional yang mengguncang negara itu dengan serangan senjata yang diklaim oleh ISIS di sebuah masjid terkenal yang menewaskan 15 orang.
Komentar itu muncul ketika teokrasi Iran tidak mampu menahan demonstrasi, yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun setelah dia ditahan oleh polisi moral negara itu. Tidak ada bukti yang menghubungkan kelompok-kelompok ekstremis dengan demonstrasi damai yang meluas, yang telah berulang kali menjadi sasaran tindakan keras pasukan keamanan di negara tersebut.
Pada hari Rabu, 26 Oktober 2022, seorang pria bersenjata menembaki jamaah di masjid Shah Cheragh Shiraz, tempat tersuci kedua di Iran. Media pemerintah mengatakan sedikitnya 15 orang tewas dalam serangan itu, yang awalnya dikaitkan dengan beberapa pria bersenjata oleh pihak berwenang.
Rekaman yang dirilis pada hari Kamis oleh pihak berwenang menunjukkan pria bersenjata berjalan di dekat masjid dengan ransel besar, kemudian bergerak ke dalam dengan senapan serbu gaya Kalashnikov. Para pria yang bertelanjang kaki di dalam mencoba melarikan diri saat pria itu melepaskan tembakan, lalu menembaki mereka yang bersembunyi di balik apa pun yang bisa mereka temukan. Darah juga terlihat di lantai masjid.
Melansir dari AP, Jumat, 28 Oktober 2022, polisi anti huru hara kemudian menangkap pria itu, yang belum diidentifikasi oleh pihak berwenang. Kelompok Negara Islam pada Rabu malam mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap tersebut. Dikatakan seorang militan ISIS bersenjata menyerbu masjid dan menembaki jemaah di sana.
Dalam pidato hari Kamis, Presiden Iran Ebrahim Raisi menggambarkan protes yang sedang berlangsung sebagai kerusuhan, yang memungkinkan penembakan di masjid terjadi, tanpa memberikan bukti yang menghubungkan insiden keduanya.
"Musuh ingin kerusuhan membuka jalan bagi serangan teroris. Musuh tetaplah musuh,” kata Raisi.
"Mereka pergi ke tempat suci dan menembaki para jemaah yang tidak bersalah."
Pemimpin tertinggi Iran yang berusia 83 tahun, Ayatollah Ali Khamenei, menyalahkan serangan itu sebagai rencana musuh.
"Kita semua memiliki tugas untuk memberikan pukulan kepada musuh penghasut perang, dan kelompoknya yang berbahaya dan bodoh,” kata Khamenei.
"Semua orang kita mulai dari badan keamanan dan kehakiman, serta aktivis di bidang media harus bersatu melawan gelombang (protes)."
Pihak berwenang Iran menyalahkan kerusuhan sebagai tindakan musuh asing seperti Amerika Serikat (AS) dan Israel, tanpa memberikan bukti, dan pihak berwenang telah menangkap sejumlah warga negara asing yang dituduh mengambil bagian dalam demonstrasi.
Pada hari Kamis, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil duta besar Jerman, dan menuduh Berlin mencampuri urusan dalam negeri Iran dan mendukung terorisme, menurut laporan kantor berita IRNA. Jerman juga memanggil utusan Iran.
Langkah itu dilakukan setelah Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa tidak ada bisnis dalam hubungan bilateral dengan negara yang berurusan dengan cara yang tidak manusiawi dengan warganya sendiri.