Joe Biden Evaluasi Hubungan Dengan Arab Saudi, Rival atau Sekutu?
- AP Photo/Evan Vucci
VIVA Dunia – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan akan mengevaluasi kembali hubungan dengan Arab Saudi ketika kerajaan Teluk dan sekelompok produsen minyak utama, termasuk Riyadh, memutuskan untuk memangkas produksi minyak.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan pada Selasa, 11 Oktober 2022, bahwa AS sedang meninjau hubungannya dengan Arab Saudi dalam konsultasi dengan anggota parlemen di Washington dan sekutu di luar negeri.
“Kami sedang meninjau di mana kami berada, kami akan mengawasi dengan cermat, berbicara dengan mitra dan pemangku kepentingan," kata Price kepada wartawan, dikutip dari Al Jazeera, Kamis, 13 Oktober 2022.
Dia menambahkan bahwa Presiden Biden sebelumnya telah berbicara tentang perlunya mengkalibrasi ulang hubungan dengan Arab Saudi untuk melayani AS dengan lebih baik. Ini merupakan sebuah posisi yang menurut Price digarisbawahi karena pemotongan minyak yang baru-baru ini diumumkan.
“Prinsip panduan kami adalah memastikan bahwa kami memiliki hubungan yang melayani kepentingan kami. Ini bukan hubungan bilateral yang selalu melayani kepentingan kami,” kata Price.
Pemangkasan produksi mendorong kenaikan harga minyak
OPEC+, yang menyatukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain, yaitu Rusia, mengumumkan pembatasan produksi pekan lalu. Ini sebuah langkah yang kemungkinan akan mendorong harga bensin melonjak untuk konsumen AS menjelang pemilihan paruh waktu yang penting.
Kritikus OPEC berpendapat bahwa pembatasan produksi minyak dapat menaikkan harga minyak secara global, yang menghasilkan lebih banyak pendapatan bagi Rusia untuk terus mendanai perangnya di Ukraina meskipun ada sanksi Barat terhadap ekonominya.
Pada hari Selasa, Price menuduh OPEC+ mendukung perang di Ukraina karena melawan kepentingan rakyat Amerika. Arab Saudi telah menekankan bahwa keputusan pada 5 Oktober 2022, untuk mengurangi produksi sebesar dua juta barel per hari ditujukan untuk menstabilkan pasar minyak, bukan menaikkan harga di tengah kenaikan suku bunga oleh bank sentral dan prospek resesi global.
Beberapa pendukung Arab Saudi juga berpendapat bahwa hubungan keamanan antara Washington dan Riyadh saling menguntungkan, bukan serta-merta hanya bantuan dari AS tapi Saudi juga menguntungkan pihak Washington. Namun demikian, Anggota Demokrat AS yang terkemuka telah mengecam anggota OPEC+ atas keputusan tersebut, khususnya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), sekutu AS dan pemain kunci dalam kelompok tersebut.
Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan kepada Al Arabiya pada hari Selasa bahwa keputusan OPEC+ adalah tindakan murni ekonomi, yang diambil dengan persetujuan bulat dari anggota kelompok. Bin Farhan juga memuji hubungan antara AS dan Arab Saudi sebagai hubungan yang strategis.
“Kerja sama militer antara Riyadh dan Washington melayani kepentingan kedua negara dan telah berkontribusi pada stabilitas di kawasan itu,” pungkasnya.