Peringatan 20 Tahun Bom Bali, Korban Masih Trauma Mendalam

Asisten Menteri Luar Negeri Australia Tim Watts (tengah) membawa karangan bunga dalam upacara peringatan 20 tahun bom Bali, 20 Oktober 2022.
Sumber :
  • AFPPIX.

VIVA Dunia – Peringatan tragedi bom Bali diadakan di pulau Bali, Indonesia pada Rabu, 12 Oktober 2022. Para penyintas, bersama keluarga dan teman-teman para korban, berkumpul untuk menandai peringatan 20 tahun bom Bali, sebagai salah satu serangan terorisme paling mematikan di dunia.

Sebanyak 202 orang, termasuk 88 warga Australia dan 38 warga Indonesia, tewas ketika sebuah bom mobil meledak di luar Sari Club di kawasan Pantai Kuta Bali ,dan dari ledakan lain yang hampir bersamaan di Paddy's Bar di seberang jalan.

Sebuah upacara termasuk doa perdamaian dan pelepasan simbolis 20 burung akan menjadi salah satu dari beberapa acara yang berlangsung di pulau berpenduduk mayoritas Hindu itu, termasuk di sebuah tugu peringatan yang didirikan di area ledakan.

Upacara menghormati korban bom Bali

Photo :
  • VIVAnews/Wima Saraswati

"Kenang-kenangan bagi kami adalah untuk mengingat, untuk mengingatkan semua orang bahwa ada serangan teroris di sana dan kami tidak ingin itu terjadi lagi,” kata Ni Luh Erniati, yang kehilangan suaminya dalam serangan itu dan akan ikut salat subuh bersama anak-anaknya.

Dua dekade setelah pengeboman, yang dilakukan oleh jaringan jihad terkait Al Qaeda, Jemaah Islamiyah (JI), kenangan akan serangan itu terus menghantui para penyintas.

Ayah dua anak di Bali, I Dewa Ketut Rudita Widia Putra, terjebak dalam lalu lintas di jalur sibuk di Kuta ketika bom diledakkan. Setelah merangkak keluar dari mobilnya, dia dilarikan ke rumah sakit dengan luka bakar yang menutupi sepertiga tubuhnya.

"Sampai sekarang, saya masih trauma dan takut ketika saya keluar dari mobil dan terjebak macet,” kata pria berusia 55 tahun itu, dikutip dari The Sundaily, Rabu, 12 Oktober 2022.

“Bahkan ketika saya menyadari bahwa saya tidak berada di lalu lintas Kuta, saya bisa gemetar ketakutan, berkeringat dingin dan merasa sangat takut.”

Polisi Indonesia dan Konsulat Jenderal Australia di Bali juga akan mengadakan peringatan.

Setelah serangan bom Bali dan dengan dukungan dari Australia dan Amerika Serikat, Indonesia membentuk unit elit anti-terorisme yang disebut Detasemen Khusus atau Densus 88 yang melemahkan JI dan mengakibatkan sejumlah tersangka militan Islam berhasil ditangkap atau dibunuh.