Pemimpin Tertinggi Iran Tuding AS-Israel Biang Kerok Demo Antihijab
- Ayatollah Khamenei
VIVA Dunia – Pemimpin tertinggi atau pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengutuk protes yang tetap berlangsung di negaranya, pada Senin, 3 Oktober 2022. Dia juga menuduh Amerika Serikat (AS) dan Israel, menjadi bagian atau dalang dari protes antihijab.
Kerusuhan, yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral Iran, berkobar di seluruh negeri selama beberapa minggu, meskipun ada upaya pemerintah untuk mencegah kerusuhan itu meluas.
Pada hari Senin, Iran menutup universitas teknologi teratasnya karena selama berjam-jam mahasiswa dan polisi mengubah institusi bergengsi itu menjadi titik nyala protes terbaru dan berakhir dengan ratusan anak muda ditangkap.
Berbicara kepada kader mahasiswa polisi di Teheran, Khamenei mengatakan dia sangat sedih dengan kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi, dan menyebutnya sebagai insiden tragis.
Namun, dia mengecam protes tersebut sebagai plot asing untuk mengacaukan Iran.
"Kerusuhan ini sudah direncanakan,” katanya, dikutip dari AP, Selasa, 4 Oktober 2022. "Kerusuhan dan ketidakamanan ini dirancang oleh Amerika dan rezim Zionis, dan orang mereka,"
Sementara itu, Universitas Teknologi Sharif di Teheran mengumumkan bahwa hanya mahasiswa doktoral yang diizinkan berada di kampus sampai pemberitahuan lebih lanjut setelah adanya kekacauan berjam-jam pada Minggu, 2 Oktober 2022, ketika saksi mata mengatakan pengunjuk rasa antipemerintah bentrok dengan mahasiswa pro-kemapanan.
Para saksi, yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan polisi menahan ratusan mahasiswa di kampus dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi.
Asosiasi mahasiswa mengatakan petugas berpakaian preman mengepung sekolah dari semua sisi setelah malam tiba dan menahan sedikitnya 300 siswa. Petugas berpakaian preman memukuli seorang profesor dan beberapa pegawai universitas, tambah asosiasi itu.
Sebelumnya, protes antihijab dan kematian Mahsa Amini berlanjut di beberapa kota di seluruh Iran. Sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan setidaknya 83 orang telah tewas dalam protes yang telah berlangsung selama hampir dua minggu.
Mahsa Amini, wanita dari kota Kurdi Iran Saqez, ditangkap di Teheran karena pakaian yang dia kenakan dianggap tidak sesuai dengan aturan cara berpakaian yang berlaku di Republik Islam itu.
Demo Antihijab di Turki Juga Terjadi Berhari-hari Kematiannya telah memicu gelombang protes besar di jalan-jalan Iran. Ini merupakan protes terbesar sejak pihak berwenang membubarkan protes terhadap kenaikan harga bensin pada 2019.
"Setidaknya 83 orang termasuk anak-anak, dipastikan tewas dalam #IranProtests," kata Iran Human Rights, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Norwegia, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 30 September 2022.
Jumlah korban tewas meningkat dan demonstran tetap menyerukan jatuhnya pendirian ulama di Teheran, Qom, Rasht, Sanandaj, Masjed-i-Suleiman dan kota-kota lain. Televisi pemerintah mengatakan polisi telah menangkap sejumlah besar perusuh yang terlibat dalam protes antihijab di Iran.