Kongo Umumkan Berakhirnya Wabah Ebola
- Times of India
VIVA Dunia – Republik Demokratik Kongo atau DRC telah mengumumkan berakhirnya wabah virus Ebola terbaru. Wabah itu muncul untuk ke-15 kali dan telah tercatat di negara itu, muncul lagi ketika satu kasus baru dikonfirmasi di kota timur Beni, di provinsi Kivu Utara, pada 22 Agustus 2022.
Tetapi wabah itu adalah "bencana terkecil", karena kemudian tidak ada kasus lain yang tercatat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, 27 September 2022 yang dilansir dari Aljazeera.
Pengujian menunjukkan kasus itu secara genetik terkait dengan wabah 2018-2020 di provinsi Kivu Utara dan Ituri, yang menewaskan hampir 2.300 orang.
"Setelah 42 hari pengawasan yang diperkuat tanpa kasus baru yang dikonfirmasi , Saya dengan senang hati mengumumkan akhir dari epidemi ke-15, yang hanya berlangsung satu bulan 12 hari," kata Menteri Kesehatan Masyarakat DRC Mbungani Mbanda dalam sebuah pernyataan terpisah.
Ebola adalah penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus dengan efek yang sangat fatal. Penularan ke sesama manusia hanya dengan melalui cairan tubuh, gejala utama yang dihasilkan berupa demam, muntah, pendarahan dan diare.
Tingkat kematian biasanya tinggi, berkisar hingga 90 persen di beberapa wabah, menurut WHO. Pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976, virus, yang inang alaminya adalah kelelawar, telah memicu serangkaian epidemi di berbagai negara Afrika, menewaskan sekitar 15.000 orang.
Wabah DRC sebelumnya terjadi di provinsi Equateur barat laut. Itu dinyatakan berakhir pada 4 Juli setelah lima kematian. Akhir dari wabah ke-15 datang ketika negara tetangga Uganda "berlomba untuk mengekang" wabah Ebola sendiri, kata WHO.
Kementerian Kesehatan Uganda mengatakan Ebola telah merenggut lima nyawa sejauh ini dan kemungkinan penyebab 18 kematian lainnya masih belum dikonfirmasi. Saat ini, tidak ada obat berlisensi untuk mencegah atau mengobati Ebola, meskipun berbagai obat eksperimental sedang dikembangkan dan ribuan telah divaksinasi di DRC dan beberapa negara tetangga.