Masjid Hudaibiyah dan Kisah Baiat Rasulullah SAW
- MCH / Zaky Al Yamani
VIVA – Masjid ini terletak di daerah Hudaibiyah, daerah yang terletak di antara Mekah ke Jeddah. Jaraknya kurang lebih 25 kilometer dari Masjidil Haram. Daerah itu sekarang dikenal dengan nama daerah Al- Syumaisyi.
Dikutip dari Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, nama Hudaibiyah berasal dari nama seorang laki-laki penggali sumur di tempat tersebut, yang kemudian nama itu dinisbatkan untuk nama sumur dan daerah Hudaibiyah.
Di dekat sumur itu terdapat pohon yang rindang, namanya pohon Hadba. Pohon yang menjadi saksi bisu peristiwa baiat itu sekarang sudah tidak ada lagi. Di bawah pohon itulah telah terjadi baiat pada 7 H yang disebut juga dengan baiat al-Ridhwan.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengundang sekitar 1.400 orang untuk berbuat baiat kepadanya di daerah Hudaibiyah. Baiat ini terjadi di bawah pohon sebagaimana tertera dalam Al-Quran surat al-Fath: 18 ”Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon.”
Di daerah ini pula dan di tahun yang sama telah terjadi perdamaian antara Rasulullah SAW dengan orang-orang kafir Mekah. Perjanjian berlaku 10 tahun, ditulis oleh Ali bin Abi thalib RA.
Setelah perdamaian berjalan dua tahun, kaum kafir Mekah melanggar perjanjian tersebut. Perdamaian ini terkenal dengan nama Perdamaian Hudaibiyah.
Di daerah itu telah dibangun lagi sebuah masjid yang diberi nama Masjid Ar-Ridhwan. Masjid kuno ini masih bertahan dan dibangun sebelahnya sebuah masjid baru yang berdampingan dengan masjid lama.
Juli 2022 lalu, Tim MCH (Media Cente Haji) berkesempatan ziarah dan berkunjung ke masjid yang oleh jemaah haji dan umrah dijadikan tempat mengambil miqat ini. Luasnya tak lebih dari 1.000 meter persegi. Letaknya persis di pinggiran jalan lama menuju Jeddah.
Di sebelah utara masjid ini terdapat puing-puing bangunan masjid tua yang konon menjadi saksi sejarah Perjanjian Hudaibiyah. Meski bangunannya sudah tidak utuh lagi, namun sarat makna sejarah perjalanan perkembangan Islam di Mekah.
Bangunan ini hanya menyisakan bagian dinding tanpa atap. Dinding yang tampak masih berdiri kokoh hingga kini, terbuat dari susunan batuan gunung yang direkatkan dengan tanah liat. Tebalnya mencapai satu hasta.
Masjid tua itu sudah tidak lagi digunakan, seiring dengan dibangunnya masjid yang baru, persis di sisi kanan masjid lama. Tapi bangunan masjid tua ini selalu menjadi spot menarik bagi para peziarah maupun jemaah yang tengah mengambil miqat untuk berfoto.
Sayangnya, di puing-puing masjid tua itu dipenuhi coretan nama-nama peziarah atau nama sanak familinya. Sekeliling situs bersejarah ini pun kini dipasang pagar besi oleh salah satu Kementerian di Arab Saudi.