Taiwan Gelar Simulasi Perang Lawan China, Warga Dievakuasi ke Bungker
- AP Photo/Chiang Ying-ying
VIVA Dunia – Taiwan menggelar simulasi serangan udara pada Senin, 25 Juli 2022, militernya dimobilisasi untuk latihan pertahanan rutin, bertepatan dengan kekhawatiran atas tanggapan kuat China terhadap kemungkinan kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi ke Taiwan. Dalam simulasi tersebut juga warga dievakuasi ke tempat perlindungan bawah tanah.
Meskipun tidak ada hubungan langsung antara ancaman baru China dan langkah-langkah defensif Taiwan, mereka menggarisbawahi kemungkinan krisis baru di Selat Taiwan, yang dianggap sebagai titik potensial konflik dapat menyelimuti seluruh wilayah.
Diketahui, pada hari ini sirene serangan udara dibunyikan di ibu kota Taipei, dan militer mengadakan latihan tahunan Han Kuang, termasuk latihan gabungan udara dan laut serta mobilisasi tank dan pasukan.
Di Taipei, polisi mengarahkan orang-orang ke tempat penampungan bawah tanah ketika sirene berbunyi tak lama setelah jam makan siang. Jalan-jalan dikosongkan dan toko-toko tutup.
“Dalam beberapa tahun terakhir, pesawat militer China sering mengganggu Taiwan, dan perang antara Rusia dan Ukraina pecah pada Februari tahun ini,” kata Walikota Taipei Ko Wen-je kepada wartawan, merujuk kekhawatiran bahwa konflik serupa dapat pecah di Asia Timur, dikutip dari AP, Senin 25 Juli 2022.
"Semua hal ini membuat kita memahami pentingnya waspada di masa damai dan kita perlu bersiap jika ada perang,” sambungnya
Ketua DPR AS Pelosi belum mengkonfirmasi kapan dia akan berkunjung, tetapi Presiden AS, Joe Biden pekan lalu mengatakan kepada wartawan bahwa kunjungan seperti itu bukan ide yang baik. Pejabat AS harus berpikir kritis terhadap kemungkinan atau konsekuensi dari sebuah perjalanan, baik karena waktu yang bermasalah dan kurangnya koordinasi dengan Gedung Putih.
Partai Komunis China menganggap Taiwan bisa saja dianeksasi secara paksa jika perlu. China juga secara masif menyampaikan ancaman itu dengan menggelar latihan militer dan menerbangkan pesawat tempur ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan atau melintasi garis tengah 180 kilometer (100 mil), di Selat Taiwan.
Beijing mengatakan tindakan itu bertujuan untuk menghalangi para pendukung kemerdekaan di Taiwan dan sekutu asing, terutama dari campur tangan AS, lebih dari 70 tahun setelah kedua pihak terpecah di tengah perang saudara.
Survei secara rutin menunjukkan bahwa 23 juta orang Taiwan menolak pernyataan China bahwa pulau itu adalah provinsi China yang telah tersesat dan harus di bawah kendali Beijing.
Pelosi, yang telah lama menjadi kritikus tajam terhadap Beijing, dipandang sebagai wakil Biden oleh China, yang menuntut anggota Kongres mengikuti komitmen yang dibuat oleh pemerintahan sebelumnya.
Taiwan adalah salah satu dari sedikit masalah yang mendapat dukungan bipartisan luas di antara anggota parlemen dan di dalam pemerintahan AS. Biden menyatakan awal tahun ini bahwa AS akan membela Taiwan jika diserang.
Undang-undang AS mengharuskan Washington memberi Taiwan sarana untuk membela diri dan memperlakukan semua ancaman terhadap pulau itu sebagai masalah keprihatinan serius. Tetapi tetap ambigu apakah Taiwan akan mengerahkan pasukan sebagai tanggapan atas serangan dari China.
Meskipun kedua pihak tidak memiliki hubungan diplomatik formal, AS adalah penyedia utama bantuan pertahanan dan dukungan politik dari luar Taiwan, sebagai cerminan dari keinginannya untuk membatasi pengaruh China yang semakin besar dan mempertahankan kehadiran AS yang kuat di Pasifik Barat.
Selama kunjungan ke Indonesia pada hari Minggu, Jenderal AS Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, mengatakan militer China telah menjadi jauh lebih agresif dan berbahaya selama lima tahun terakhir.
Rekan Milley dari China, Jenderal Li Zuocheng, mengatakan kepadanya dalam sebuah telepon bahwa awal bulan ini Beijing tidak memiliki ruang untuk kompromi pada isu-isu seperti Taiwan.
Pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian mengatakan Beijing telah berulang kali menyatakan posisi serius atas kunjungan potensial Pelosi ke Taiwan, yang akan menjadi pejabat terpilih AS dengan posisi tertinggi untuk mengunjungi Taiwan sejak 1997.
"Kami sepenuhnya siap," kata Zhao kepada wartawan pada briefing harian.
"Jika AS bertekad untuk menempuh jalannya sendiri, China akan mengambil tindakan tegas dan kuat untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial."
China belum mengatakan tindakan spesifik apa yang akan diambil, meskipun spekulasi telah berpusat pada babak baru latihan militer yang mengancam atau bahkan upaya untuk mencegah pesawat Pelosi mendarat dengan menyatakan zona larangan terbang di atas Taiwan.
“Jika AS bertekad untuk membuat (kunjungan), mereka tahu China akan mengambil tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya dan AS harus membuat persiapan militer,” kata Shi Yinhong, pakar hubungan internasional di Universitas Renmin Beijing.
Waktu kunjungan Pelosi, yang kemungkinan terjadi sekitar awal Agustus, sangat sensitif dan bergantung pada banyak faktor. Di antaranya adalah peringatan berdirinya Tentara Pembebasan Rakyat, cabang militer Partai Komunis yang berkuasa, yang jatuh pada 1 Agustus, tanggal yang digunakan untuk mengobarkan nasionalisme dan menggalang pasukan.
Para pemimpin China juga berada di bawah tekanan dari kekuatan nasionalis garis keras di dalam jajaran partai.