Dari Singapura, Rajapaksa Dikabarkan Akan Terbang ke Arab Saudi

Para pengunjuk merayakan pengumuman pengunduran diri presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa.
Sumber :

VIVA DUNIA – Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, yang saat ini berada di Singapura mungkin akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi, menurut laporan. Rajapaksa melarikan diri dari negaranya karena massa yang mengamuk akibat krisis ekonomi yang terjadi di negara itu selama berminggu-minggu.

Rajapaksa sebelumnya melarikan diri keluar negeri, setelah para pengunjuk rasa memasuki tempat tinggalnya dan perdana menteri. Melansir dari Middle East Eye, Jumat 15 Juli 2022, massa memaksa menerobos masuk kediaman Rajapaksa dan berenang di kolam renang, serta berfoto selfie sambil bersantai di perabotan mewah milik presiden.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa (tengah) dan saudaranya yang juga pejabat

Photo :
  • AP Photo/Eranga Jayawardena

Rajapaksa dan Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesing secara luas disalahkan karena dianggap salah urus ekonomi yang menyebabkan meroketnya biaya, dan kekurangan kebutuhan pokok di negara itu.

Rajapaska terbang dengan penerbangan maskapai Saudi ke Singapura pada Kamis, 14 Juli 2022, menurut sebuah laporan di Associated Press. AP mengutip seorang pejabat Maladewa yang mengatakan bahwa dia sedang menuju ke Jeddah, tetapi pejabat itu kemudian mengatakan dia tidak bisa lagi mengkonfirmasinya.

Jika tujuan akhirnya adalah kota pesisir Saudi, Rajapaksa akan bergabung dengan daftar penguasa terguling yang melarikan diri ke kerajaan Teluk sebagai rumah pensiun yang tenang atau tempat perhentian sementara.

Dari menawarkan perlindungan tiran brutal Uganda, Idi Amin, pada 1980-an, dan serangkaian pemimpin Pakistan pada 2000-an, hingga menyambut para penguasa Tunisia dan Yaman setelah pemberontakan Arab Spring. Arab Saudi sering menjadi rumah perlindungan bagi mereka (pemimpin negara) yang digulingkan, dipermalukan di negaranya sendiri.

Krisis ekonomi Sri Lanka yang terjadi di negara itu membuat masyarakat menjerit akibat kurangnya pasokan gas, energi, bahan makanan pokok hingga obat-obatan. Masyarakat Sri Lanka juga mengalami pemadaman listrik sampai 12 jam dalam sehari.