Jokowi Disambut Hangat di G7, Apa Dampaknya di Perang Rusia-Ukraina

Presiden Jokowi bersama para pemimpin G7.
Sumber :
  • Biro Pers Setpres.

VIVA – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Siti Ruhaini Dzuhayatin mengatakan, keakraban Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan para pemimpin dunia KTT G7 merupakan gestur penerimaan yang tulus. Artinya Jokowi kata dia mendapat kesan mendapatkan kepercayaan atau dipercaya pemimpin negara-negara G7 terutama dari Presiden AS Joe Biden sebagai simbol dari kubu Barat.

"Tentu pertemuan yang bersahabat dan hangat tersebut memunculkan optimisme keberhasilan  misi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia," kata Ruhaini di gedung Bina Graha Jakarta, Selasa 28 Juni 2022.

Ruhaini menegaskan, misi utama kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia yakni mendorong penghentian perang dan kesediaan kedua negara duduk bersama dalam perundingan damai, guna mengurangi dampak kemanusiaan terutama korban jiwa dan masalah pengungsian yang rumit, serta menghindarkan dunia dari krisis pangan dan energi yang diakibatkan perang dengan dampak yang berskala global. Terlebih saat ini dunia belum sepenuhnya pulih dari krisis pandemi. 

Momen akrab Jokowi dan Joe Biden di foto bersama G7 tahun 2022

Photo :
  • YouTube Sekretariat Presiden

Ia menambahkan, kehadiran dan sambutan hangat pemimpin dunia terhadap Presiden Jokowi  di KTT G7 akan memperkuat misi dan membuka jalan menuju perundingan Rusia – Ukraina untuk mencapai perdamaian permanen. 

Selain itu lanjutnya juga menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20. Sehingga KTT G20 pada November mendatang benar-benar menjadi upaya pulih bersama dan lebih kuat dari krisis pandemi dan krisis global yang mengikutinya. 

"Presiden menjadikan Presidensi Indonesia pada G20 untuk mengoptimalkan modalitas dan peran Indonesia dalam perdamaian dunia," ujarnya. 

Untuk itu sambung Ruhaini, sejak awal Presiden Jokowi menunjukkan komitmen kuat penghentian perang sesuai yang diamanatkan oleh konstitusi yakni turut serta menjaga perdamaian dunia dan menjaga  legacy sebagai pemrakarsa Gerakan Non-Block yang menyuarakan kemandirian, menentang apartheid, dan tidak berpihak pada pakta militer manapun.

"Ditambah lagi dengan modalitas politik luar negeri bebas aktif yang memungkinkan Indonesia bersahabat dengan negara manapun dalam menjaga ketertiban dunia, termasuk dengan Rusia dan Ukraina," ujarnya.

Guru Besar HAM dan Gender UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga menilai, penerimaan Presiden Putin atas kunjungan Presiden Jokowi menunjukkan bahwa Indonesia memainkan peran sebagai true friend yang tidak segan menegur sahabat demi suatu kebaikan yang lebih besar. 

"Meski Indonesia pernah ikut menyatakan serangan militer Rusia ke Ukraini tidak dapat diterima, tapi Presiden Putin tetap menerima kunjungan Presiden Jokowi," kata dia.

"Kita semua berharap misi Presiden dapat meredakan perang dan kedua negara dapat melanjutkan upaya-upaya perdamaian yang lebih permanen."