Saingi China, G7 Kucurkan Rp8,9 Kuadriliun untuk Negara-negara Miskin

Para pemimpin G7.
Sumber :
  • AP Photo/Markus Schreiber

VIVA – Para pemimpin G7 berjanji untuk mengumpulkan US$600 miliar atau setara Rp8,9 kuadriliun dana swasta dan publik selama lima tahun untuk membiayai infrastruktur yang dibutuhkan di negara-negara berkembang, untuk menyaingi proyek Sabuk dan Jalan (BRI) China yang bernilai triliunan dolar.

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan para pemimpin G7 lainnya meluncurkan kembali "Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global" yang baru, berganti nama pada pertemuan tahunan mereka yang diadakan tahun ini di Schloss Elmau di Jerman selatan.

Joe Biden saat memberikan kuliah umum di Sichuan University, China tahun 2011

Photo :
  • AP Photo/Ng Han Guan

Dilansir dari CNA, Biden mengatakan AS akan memobilisasi US$200 miliar dalam bentuk hibah, dana federal, dan investasi swasta selama lima tahun untuk mendukung proyek-proyek di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang membantu mengatasi perubahan iklim, serta meningkatkan kesehatan global, kesetaraan gender, dan infrastruktur digital.

"Saya ingin memperjelas. Ini bukan bantuan atau amal. Ini adalah investasi yang akan memberikan hasil bagi semua orang," kata Biden, menambahkan bahwa itu akan memungkinkan negara-negara untuk "melihat manfaat nyata dari bermitra dengan demokrasi".

Biden mengatakan ratusan miliar dolar tambahan dapat berasal dari bank pembangunan multilateral, lembaga keuangan pembangunan, dana kekayaan negara dan lainnya.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan pada pertemuan itu bahwa Eropa akan memobilisasi €300 miliar untuk prakarsa selama periode yang sama. Dana tersebut sebagai alternatif berkelanjutan terhadap skema BRI China, yang diluncurkan oleh Presiden China Xi Jinping pada 2013.

Skema investasi China melibatkan pengembangan dan program di lebih dari 100 negara yang bertujuan untuk menciptakan versi modern dari jalur perdagangan Jalur Sutra kuno dari Asia ke Eropa. Pejabat Gedung Putih mengatakan rencana itu hanya memberikan sedikit manfaat nyata bagi banyak negara berkembang.

Bersama dengan anggota G7 dan UE, Washington juga akan memberikan bantuan teknis sebesar US$3,3 juta kepada Institut Pasteur de Dakar di Senegal untuk mengembangkan fasilitas manufaktur multi-vaksin fleksibel skala industri di negara itu yang pada akhirnya dapat menghasilkan COVID-19 dan penyakit lainnya. 

Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) juga akan memberikan komitmen hingga US$50 juta selama lima tahun ke Dana Insentif Penitipan Anak global Bank Dunia.