5 Fakta Hubungan Presiden Soekarno dan Uni Soviet

Presiden Soekarno dengan Yuri Gagarin (paling kiri)
Sumber :
  • Twitter Kedubes Rusia di Jakarta

VIVA – Fakta hubungan Presiden Soekarno dan Uni Soviet. Bagi kebanyakan orang yang hidup di masa orde baru, Uni Soviet dianggap sebagai negara komunis, padahal di bawah kepresidenan Soekarno, Uni Soviet dan Indonesia menjalin hubungan yang begitu hangat. Dalam berbagai catatan sejarah bukti tersebut tertuang dalam sejumlah peristiwa.

Berikut beberapa fakta hubungan Presiden Soekarno dan Uni Soviet, seperti dikutip dari Channel Youtube Data Fakta, sebagai berikut:

1. Diplomasi Indonesia dan Uni Soviet

Presiden Soekarno saat menyematkan penghargaan kepada Yuri Gagarin

Photo :
  • Twitter Kedubes Rusia di Jakarta

Sejauh ini Indonesia terlihat punya hubungan dekat dengan Rusia, yang ternyata hubungan dekat itu telah dibangun oleh Presiden pertama Indonesia Soekarno ketika masih menjadi negara Uni Soviet. Pasca kemerdekaan, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Mohammad Hatta menerima pesan dari pihak Uni Soviet, melalui Menteri Luar Negeri Uni Soviet, Andrei Vyshinsky pesan yang dimaksud mengisyaratkan pihaknya telah mengakui kedaulatan atau kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag.

Namun jika ingin melihat ke belakang hubungan keduanya telah dirintis sejak 1947, saat itu melalui tokoh pemuda komunis bernama Suripno, Indonesia mengincar kedaulatan negara Adidaya Uni Soviet, hanya saja keinginan tersebut dalam tanda kutip dirahasiakan demi menghargai perasaan Amerika Serikat yang bertindak sebagai fasilitator Perjanjian Renville.

Ada dua pendapat wewenang yang diberikan kepada tokoh komunis Indonesia yaitu Suripno untuk menjalin hubungan dengan pemerintah Uni Soviet. Wewenang pertama datang dari Menteri Luar Negeri Agus Salim menunjuknya sebagai wakil dari Indonesia di bagian Eropa Timur, sementara kedua yang langsung ditunjuk langsung oleh Presiden Soekarno sebagai wakil resmi Indonesia untuk menghadiri kongres pemuda sedunia.

2. Bersahabat dengan Nikita Khrushchev

Nikita Khrushchev (kiri)

Photo :
  • Wikimedia Commons / Bundesarchiv, Bild 183-B0116-0010-043 / Sturm, Horst / CC-BY-SA

Kedekatan Presiden pertama Indonesia, Soekarno dengan dan pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev terkenal sangat kental bahkan direpresentasikan bagai persahabatan Jakarta dan Moskow. Hubungan keduanya pun disebut telah terjalin saat Nikita Khrushchev masih berstatus sebagai pemimpin Partai Komunis Uni Soviet, dari kedekatan itu, Indonesia mendapatkan keuntungan dari mulai aspek militer, bantuan terus mengalir terus datang dari Uni Soviet ke Indonesia dan yang paling diingat adalah, Indonesia akhirnya memiliki pesawat kepresidenan pertama yang diberi nama Dolok Martimbnag dari Uni Soviet.

Selain itu juga kedua pemimpin ini saling mengunjungi satu sama lain, diawali dengan Soekarno yang datang ke Uni Soviet pada 1956, kemudian Nikita Khrushchev datang ke Indonesia pada tahun 1960, kunjungan selama dua pekan tersebut akan tercatat dalam sejarah sebagai pertemuan pemimpin negara Adidaya.

Tujuh tahun setelah kunjungan Nikita Khrushchev, Soekarno dilengserkan dari jabatan sebagai Presiden Indonesia pertama, Soeharto yang anti komunis pun, memutus hubungan persahabatan dan diplomatik dengan Uni Soviet. Berpuluh tahun kemudian pada awal tahun 1990'an hubungan tersebut kembali pulihkan setelah rezim Komunis Uni Soviet diruntuhkan.

3. Masjid Biru Soekarno di Rusia

Masjid Biru yang kini dikenal dengan sebutan Masjid Bung Karno. Aktif kembali setelah dalam kunjungan Soekarno ke Rusia (Uni Soviet) meminta agar bangunan yang sempat dijadikan gudang itu diaktifkan kembali sebagai masjid (infografis/bungkarno.id)

Photo :
  • U-Report

Masjid Biru di kota Saint Petersburg terbilang cukup populer di Rusia sebagai tujuan wisata bagi masyarakat Indonesia. Sebelumnya sulit untuk membangun Masjid di sana, hingga Tsar Nicholas II penguasa pada saat itu memberikan izin, tepatnya pada tahun 1907 pembangun Masjid diberikan sebagai penghargaan atas kontribusi warga muslim yang turut membangun Kota Saint Petersburg dan ketika Masjid dibangun pada tahun 1910.

Pada waktu itu umat Islam di Saint Petersburg diperkirakan berjumlah 800 ribu orang. Kemudian ketika rezim komunis Uni Soviet berkuasa hampir semua tempat ibadah dan agama ditutup selanjutnya dialih fungsikan. Khusus Masjid Biru ditutup pada tahun 1940 dan dialih fungsikan menjadi gudang medis.

Lalu apa hubungan Masjid biru dan Soekarno? Masih ada hubungan perjalanan Soekarno ke Rusia diketahui setelah kembalinya di Indonesia, Presiden Soekarno meminta izin Nikita Khrushchev agar masjid biru difungsikan kembali sebagai tempat ibadah bagi umat muslim.

Namun tak disangka Nikita Khrushchev yang merupakan anti agama menuruti kemauan Soekarno, oleh karena itu umat Islam Rusia sangat berterima kasih kepada Soekarno, menyusul julukan Soekarno turut populer setelahnya.

4. Borong Alutsista dari Uni Soviet

VIVA Militer: Presiden Soekarno di depan pasukan Indonesia

Photo :
  • kwiknews.my

Era kedekatan Soekarno dan Uni Soviet ditandai dengan pembelian senjata oleh pemerintah Indonesia. Tepatnya pada tahun 1960 an, pemerintah Indonesia membeli senjata secara besar-besaran khusus untuk mendukung operasi pembebasan Irian Barat atau Papua.

Namun setelah terjalani kesepakatan, Presiden Soekarno dilengserkan dan digantikan oleh Soeharto yang lebih memilih membeli senjata dari blok Barat atau yang lebih dikenal Amerika Serikat.

5. Uni Soviet Bantah Bebaskan Irian Barat

Demo di era Soekarno pada tahun 1952

Photo :
  • Quora

Pada dasarnya Presiden Soekarno dan pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev memiliki kesamaan, dalam kesamaan ini mendukung anti kolonialisme di Asia dan Afrika, oleh karena itu ketika Soekarno meminta bantuan pembebasan Irian Barat dengan cepat Uni Soviet mengumumkan dukungannya terhadap Indonesia. Awalnya Soekarno ingin negosiasi dengan Belanda namun gagal, setelah itu Soekarno mencoba menggalang dukungan dengan PBB akan tetapi hasilnya sama saja.

Hingga pada akhirnya Uni Soviet mengambil sikap dengan memberikan senjata kepada tentara Indonesia, pemerintah Uni Soviet bahkan memberikan instruktur militer secara berkesinambungan untuk melatih angkatan perang Indonesia. Dipasoknya senjata dari Uni Soviet membuat Indonesia terlibat konfrontasi dengan Belanda pada tahun 1960.

Di mana fase akhir konfrontasi melibatkan Amerika Serikat dan NATO. Melihat Indonesia berpaling ke Uni Soviet membuat Amerika Serikat sadar akan posisinya berisiko apalagi pilihannya yang wajib memihak kepada Belanda karena terikat pakta pertahanan, demi menghindari potensi pecahnya perang, Belanda sepakat menyerahkan Irian Barat ke otoritas PBB, di bawah tekanan AS pada Agustus 1962. Tahun berikutnya wilayah Irian Barat diserahkan kepada Indonesia.