1 Juta Pasien COVID-19 Korut Sembuh dalam Sepekan, WHO Ragukan

Penyemprotan disinfektan di pabrik baju rajut Songyo di Korut karena COVID-19
Sumber :
  • AP Photo/Jon Chol Jin

VIVA – Pemerintah Korea Utara (Korut) mengumumkan bahwa sudah lebih dari sejuta penderita COVID-19 di negara itu yang dinyatakan sembuh. Angka kesembuhan itu termasuk amat tinggi apalagi disebutkan hanya dalam waktu sepekan setelah Korea Utara mengumumkan darurat penanggulangan COVID-19. Para pakar kesehatan dunia padahal cukup khawatir dengan penyebaran yang baru terjadi di negara itu.

Diberitakan AP, otoritas pengendalian antivirus di negara itu mengumumkan ada 232.880 kasus baru mengalami demam akibat COVID-19 dan kematian terbaru adalah 6 orang sebagaimana dilaporkan media setempat. Angka kematian total di sana akibat virus Corona dinyatakan 62 orang. Sementara lebih dari 1,7 juta orang kasus sejak akhir April 2022. 

Dilaporkan pula bahwa masih ada hingga 691.170 kasus aktif yang berada dalam karantina. Para pakar menilai diprediksi angka COVID-19 di Korea Utara sebenarnya lebih besar namun negara yang dipimpin Kim Jong-un tak melakukan tes dengan tepat dan layak. Apalagi disebutkan positif COVID-19 tak selalu disertai dengan gejala demam.

Juga disebutkan tak jelas bagaimana 1 juta orang yang diklaim sembuh itu dalam waktu tak terlalu lama padahal negara itu memiliki pasokan obat terbatas pula fasilitas kesehatan yang tak cukup memadai secara jumlah.

Secara global, virus Corona telah membunuh sekitar 6,3 juta orang di dunia yang diyakini angkatanya sebenarnya bisa lebih tinggi. Negara-negara yang kemampuannya setara dengan Korut melaporkan ribuan kematian sebelumnya.

Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai Korut sebenarnya tidak merespons WHO dengan jelas soal wabah yang terjadi di negara itu. Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengatakan Korut tak sampaikan data secara resmi.

Sebelum Korut mengumumkan keberadaan COVID-19 di sana, telah muncul keraguan bahwa sebenarnya virus itu sudah menjangkiti lebih awal. Korut juga disebut menolak vaksin yang ditawarkan COVAX karena harus membuka data dan menerima pemantauan internasional.

Oleh karena itu sejak adanya rapat darurat yang dilakukan Politbiro Korea Utara pada Selasa diduga bahwa jumlah kasus dan data kematian akibat COVID-19 tidak transparan dibuka oleh otoritas negara itu. Dalam pertemuan di Politbiro, Kim Jong-un juga diketahui mengeluhkan kinerja bawahannya dalam mengatasi COVID-19.