PLTN Pertama Turki Terancam Kandas Gara-gara Rusia Disanksi
- AP Photo/Burhan Ozbilici
VIVA – Kekhawatiran baru muncul tentang pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki yang sedang dibangun oleh perusahaan nuklir milik Moskow, Rusia.
Reaktor pertama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Akkuyu yang terletak di pantai Mediterania dekat Mersin akan mulai berproduksi pada tahun depan. Namun, potensi blok pada pembiayaan dan peralatan dari negara ketiga mengancam akan menunda proyek senilai US$20 miliar itu.
Rosatom, perusahaan Rusia yang merupakan investor Akkuyu sejauh ini lolos dari sanksi. Namun ada kemungkinan sanksi lainnya yang dilaporkan telah dibahas oleh Amerika Serikat (AS).
Melansir dari Al Jazeera, Senin 16 Mei 2022, sebelumnya bank Rusia seperti Sberbank dan lembaga keuangan terbesar Rusia serta pendukung utama pembangkit listrik telah terkena dampak atas sanksi yang berikan oleh Barat.
PLTN Akkuyu didirikan bertujuan untuk menyediakan 10 persen dari kebutuhan energi Turki ketika keempat reaktor 1.200 megawatt beroperasi. Menurut Otoritas Pengaturan Nuklir Turki, proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh Rusia.
Kamungkinan sanksi terhadap Rosatom nantinya juga dapat mempengaruhi aliran peralatan ke Akkuyu yang melarang pemasok menyediakan peralatan, teknologi, dan layanan industri energi.
Pejabat Turki dan Rusia telah membahas potensi masalah termasuk keuangan dan pengadaan peralatan dari negara ketiga.
“Proyek Akkuyu adalah yang pertama di industri nuklir global berdasarkan model build-own-operate. Artinya, Rusia bertanggung jawab atas semua pengeluaran modal selama fase kontruksi,” kata Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri Sinan Ulgen yang berbasis di Istanbul
“Dengan sanksi, model ini berisiko karena lebih sulit bagi Rusia untuk mengalokasikan dana. Sekarang ada lebih banyak tekanan pada cadangan internasionalnya, setengah dari mereka telah dibekukan, jadi apakah Rusia dapat terus menghabiskan jumlah ini untuk reaktor di Turki yang tidak jelas,” sambungnya.
Dia juga menambahkan bahwa Rusia kemungkinan akan menekan Turli untuk mencari perusahaan lokal untuk mengambil hingga 49 persen saham di Akkuyu.