Pembunuhan Shireen Abu, Palestina Tolak Penyelidikan Bersama Israel
- Al Jazeera Media Network via AP
VIVA – Ribuan orang berkumpul untuk meratapi kematian seorang jurnalis Al Jazeera yang terbunuh di kota Jenin, Tepi Barat. Kepala Otoritas Palestina menyalahkan Israel atas kematian Shireen Abu Akleh.
Pihak Palestina menolak seruan Israel untuk melakukan penyelidikan bersama.
Abu Akleh adalah seorang reporter Palestina – Amerika yang meliput konflik Timur Tengah selama lebih dari 25 tahun. Namun nahas, saat dia sedang bertugas pada Rabu 11 Mei 2022 Abu Akleh ditembak mati dalam serangan militer Israel di kota Jenin.
Melansir dari AP, Jumat 13 Mei 2022, wartawan yang bersamanya termasuk yang ikut tertembak dan terluka mengatakan, bahwa pasukan Israel menembaki mereka meskipun mereka dapat diidentifikasi sebagai wartawan.
Israel mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki insiden tersebut, dan sempat mengatakan bahwa mungkin saja Abu Akleh ditembak oleh militan Palestina.
Israel juga menyerukan penyelidikan bersama dengan Otoritas Palestina yang mengelola bagian-bagian Tepi Barat dan bekerja sama dengannya dalam hal keamanan. Namun, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menolak keras ajakan Israel.
“Kami menganggap otoritas pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas pembunuhannya (Abu Akleh). Mereka tidak bisa menyembunyikan kebenaran dengan kejahatan ini,” kata Abbas dalam pidatonya.
“Merekalah yang melakukan kejahatan, dan karena kami tidak mempercayai mereka, kami akan segera pergi ke Pengadilan Kriminal Internasional,” sambungnya.
ICC meluncurkan penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang Israel lebih dari setahun yang lalu. Tetapi Israel menolak penyelidikan itu dengan alasan sebagai bias terhadap pihaknya.
Hussein al-Sheikh seorang pembantu senior Abbas mengatakan bahwa Palestina akan melakukan penyelidikan independen mereka sendiri, dan menyampaikan hasilnya dengan transparan yang tinggi. Palestina juga menolak permintaan Israel untuk melakukan analisis balistik sendiri pada peluru itu.
Perdana Menteri Israel, Naftali Bannett, mengatakan bahwa akses ke temuan dasar diperlukan untuk mendapatkan kebenaran. Dia juga meminta Palestina untuk tidak mengambil langkah apa pun untuk mengganggu penyelidikan atau mencemari proses penyelidikan.