Terbelah, Simak 6 Fakta Negara Chechnya Yang Mayoritas Islam
- kiratas.com
VIVA – Chechnya sedang ramai dibicarakan akibat keikutsertaannya dalam perang Rusia melawan Ukraina, diketahui Chechnya telah mengirim prajuritnya untuk membantu Rusia guna menentang Ukraina bergabung dengan Nato.
Dilansir dari Wikipedia, Chechnya adalah negara yang berbentuk republik, Mayoritas penduduknya beragama Islam. Hampir 95 persen adalah Islam dan rata-rata merupakan penganut madzhab Syafi'I sama seperti muslim Indonesia, sedangkan sisanya adalah pemeluk agama kristen ortodoks.
Terkait hal ini banyak orang bertanya-tanya, mengapa negara Chechnya ikut terlibat dalam peperangan tersebut, berikut VIVA telah merangkum dari berbagai sumber informasi, mengenai 6 fakta negara Chechnya:
1. Bagian dari federasi Rusia
Chechnya memiliki sejarah yang Panjang terkait daerahnya, sejak dahulu mereka dikenal memiliki kegigihan dalam mempertahankan wilayah mereka, mulai dari invasi bangsa mongol di abad ke 13 dan 14, dari kekaisaran ottoman, serta kekaisaran safawi (Persia) di abad ke 15 dan 16.
Semenjak keruntuhan Uni Soviet, Chechnya mendeklarasikan kemerdekaannya, 3 tahun berselang Chechnya dan Rusia terlibat perang, rusia ingin merebut Chechnya menjadi bagian dari wilayah Rusia. Peperangan itu terjadi selama 2 tahun, sampai kedua pemimpin menandatangani perjanjian damai.
Pada Tahun 1999 Rusia Kembali melakukan invasi pada negara Chechnya, hingga konstitusi baru disepakati pada tahun 2003, dimana Rusia memberikan kebebasan yang lebih luas kepada Chechnya, namun tetap mempertahankannya dalam republik dalam federasi Rusia
2. Dipimpin Ramzan Kadyrov
Sebesar 95 persen penduduk Chechnya adalah pemeluk agama Islam dan sisanya adalah penganut agama Kristen ortodoks, mereka dipimpin oleh Ramzan Kadyrov yang pada awal kepemimpinannya dikenal sebagai pemimpin termuda di dunia. Kadyrov adalah putra seorang pemimpin kemerdekaan Chechnya, Akhmad Kadyrov yang beralih dan bergabung dengan Rusia. Saat kematian ayahnya Ramzan Kadyrov melanjutkan tongkat kepemimpinan Chechnya, diketahui dia merupakan anak didik Vladimir Putin.
3. Pasukan Chechnya
Di dunia pasukan militer Chechnya dijuluki sebagai pasukan pemburu, hal ini sejalan dengan mereka adalah salah satu dari pasukan terkuat di dunia saat itu. Namun pada tahun 2007 citra mereka berubah, mereka berusaha mengadopsi hukum syariat Islam di seluruh wilayahnya, dan kemudian bersekutu dengan negara-negara Islam. Hal ini menyebabkan perpecahan dan beberapa diantara mereka memilih pro barat.
4. Terbelah
Pada tahun 1990 an, negara Chechnya sempat berupaya melepaskan diri dari Rusia dalam sebuah perang, namun mereka mengalami kekalahan. Dari sinilah Rusia kembali berkuasa dan menetapkan Ahmad Kadyrov sebagai pemimpin, namun ia terbunuh pada tahun 2004 dan kepemimpinan digantikan oleh anaknya yakni Ramzan Kadyrov, nah pasukan muslim yang dipimpin oleh Ramzan Kadyrov inilah yang mendukung Putin, sedangkan kubu pemimpin Akhmed Zakayev memilih mengasingkan diri ke eropa.
5. Mendukung Invasi Rusia
Chechnya mengirim pasukannya untuk membantu Rusia, tidak hanya itu Kadyrov juga mendukung Langkah Putin untuk menginvasi Ukraina, namun hal ini dirasa wajar, mengingat hubungan pemimpin antar kedua negara ini cukup solid sejak dahulu.
Kadyrov sendiri adalah sekutu Putin yang kerap mendukung pendapat pemimpin Rusia itu, salah satunya ketika menilai pemerintahan Ukraina dibentuk oleh orang-orang neoNazi, dimasa lalu loyalis Kadyrov juga kerap mendukung operasi militer Rusia seperti di Suriah dan Georgia.
6. Mendesak mundur presiden Ukraina
Seperti yang sama-sama kita ketahui nama Chechnya menjadi topik perbincangan semenjak presiden mereka mendesak Volodymyr Zelensky untuk tunduk kepada Rusia, diketahui pada 04 Maret 2022 kemarin, Kadyrov meminta izin agar tentara-tentara Chechnya diberi lampu hijau untuk merebut kota-kota di Ukraina.
Lewat media sosialnya Kadyrov mengklaim jika prajurit Chechnya yang dikirim ke Ukraina tidak mengalami kekalahan dan tanpa ada korban sedikitpun, sejauh ini berdasarkan informasi yang didapat, Chechnya telah mengirimkan 2 regu elit mereka guna membunuh Zelensky. Namun menurut Oleksiy Danilov selaku dewan keamanan Ukraina, pasukan tersebut telah dilumpuhkan, menurut dia, keberhasilan dalam melumpuhkan pasukan Chechnya tersebut tak terlepas dari bocoran yang ia terima melalui badan intelijen Rusia yang bersimpati pada Ukraina.