Presiden Korsel Terpilih Hadapi Meningkatnya Ancaman Nuklir Korut

Presiden terpilih Korea Selatan, Yoon Suk Yeol.
Sumber :
  • Kim Hong-ji/Pool Photo via AP

VIVA – Selama kampanye pemilihannya, Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk Yeol bersikap keras pada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Dia mengatakan bahwa akan mengajari saingannya beberapa sopan santun. Salah satunya dengan tegas menghadapi uji coba Rudal Korea Utara dengan memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat (AS).

Namun, belum lama resmi menjabat pada Selasa 3 Mei 2022 untuk masa jabatan lima tahunnya, Presiden Yoon harus menghadapi Kim Jong Un yang semakin agresif.

Pemimpin Korea Utara itu juga secara terbuka mengancam akan menggunakan bom atom dan dilaporkan sedang mempersiapkan uji coba nuklir pertamanya sejak 2017. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk membangun hulu ledak yang secara khusus menargetkan Korea Selatan.

Melansir dari AP, Senin 9 Mei 2022, Korea Utara memiliki sejarah untuk mengguncang pemerintahan baru di Seoul dan Washington untuk mendapatkan pengaruh dalam negosiasi di masa depan.

Ada skeptisme di antara para ahli yang menyebutkan apakah Presiden Yoon dapat mencapai sesuatu yang berbeda dari Presiden Korea Selatan sebelumnya Moon Jae-in.

Saat Presiden Moon menjabat sebagai presiden, Korea Utara terus menolak pembicaraan dan berfokus pada perluasan program nuklir dan misilnya meskipun sumber daya terbatas dan kesulitan ekonomi terjadi.

Presiden terpilih Korea Selatan, Yoon Suk Yeol.

Photo :
  • Kim Hong-ji/Pool Photo via AP

“Korea Utara memiliki inisiatif. Terlepas dari apakah konservatif atau liberal yang berkuasa di Korea Selatan, Korea Utara terus maju dengan uji coba rudal, di bawah jadwal pengembangan senjatanya sendiri sebelum mencoba untuk menyeimbangkan nanti,” kata Park Won Gon, seorang profesor di Ewha Womans Seoul University.

Dia menambahkan bahwa Korea Utara sekarang akan melanjutkan provokasinya dengan uji coba rudal. Tetapi tidak ada cara untuk menghentikannya.

Mantan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, pernah memperjuangkan keterlibatan Korea Utara dan bolak-balik antara Pyongyang dan Washington untuk mengatur diplomasi nuklir yang sekarang terhenti.

Bahkan, setelah Korea Utara mendesak Moon untuk tidak ikut campur dalam urusannya dengan Washington dan menghinanya, Moon masih bekerja untuk meningkatkan hubungan dan menghindar untuk membalas serangan ke Korea Utara.

Namun, presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk Yeol justru menggambarkan kebijakan Moon sebagai sikap yang tunduk dan menuduhnya merusak aliansi militer tujuh dekade Korea Selatan dengan AS.

Untuk menetralisir ancaman dari Korea Utara, Presiden Yoon akan mencari komitmen keamanan AS yang lebih kuat dan meningkatkan kemampuan rudal Korea Selatan sendiri, dia juga tetap terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara.