Pria Ukraina Selamatkan 200 Lebih Warga Sipil dengan Bus di Mariupol
- Istimewa
VIVA – Pria Ukraina berusia 36 tahun yang menyelamatkan lebih dari 200 orang dari kota selatan Mariupol mengatakan, bahwa dia berencana untuk mengubah bus merahnya yang rusak menjadi monumen setelah perang dengan Rusia berakhir.
Pria bernama Mykhailo Puryshev sebelumnya telah melakukan perjalanan ke kota yang diperangi sebanyak enam kali sepanjang bulan Maret 2022, untuk menyelamatkan warga sipil yang terperangkap.
“Satu-satunya cedera yang saya alami adalah pecahan kaca di sisi tubuh saya. Tapi mantel saya menyelamatkan saya dan saya hanya mendapat goresan. Tentu saja Tuhan melindungi saya. Bus saya juga menjaga saya,” kata Puryshev, dikutip dari Newsweek, Rabu 27 April 2022.
“Kami akan mengubah bus menjadi monumen ketika kami kembali ke Mariupol setelah perang ini berakhir. Ketika saya pertama kali pergi pada 8 Maret, kota itu seperti awan asap, seperti api unggun. Terakhir kali saya pergi itu hanya abu dengan batu bara hitam bangunan,” tambahnya.
Puryshev pernah memiliki sebuah klub malam di Mariupol, dan dia menjelaskan bahwa dia bertekad untuk membantu warga sipil lainnya yang terjebak dan kelaparan di kota Mariupol. Mengemudi selama berjam-jam, Puryshev mengatakan bahwa dia terus menerus merasa takut menabrak ranjau darat, dan terpaksa melewati mayat yang berserakan di jalanan.
Dia mengatakan bahwa orang-orang telah dimakamkan di dekat pusat perbelanjaan, klub malam dan di halaman taman kanak-kanak. Beberapa mayat bahkan digulung dengan menggunakan karpet dan dibiarkan di bangku.
Puryshev mengatakan kepada outlet berita bahwa rencana awalnya adalah pergi ke kota untuk menyelamatkan stafnya. Namun, karyawannya telah mengubah ruang bawah tanah klub menjadi tempat perlindungan bom, dimana lebih dari 200 orang termasuk anak-anak, wanita hamil dan orang tua yang bersembunyi.
Selama misi penyelamatan, Puryshev mengatakan bahwa saat-saat yang paling mengganggu adalah ketika jalanan sepi selama berjam-jam.
“Momen paling menakutkan adalah ketika jalanan menjadi sunyi. Suatu kali, sunyi selama delapan jam. Kami pikir ini sudah berakhir. Ketika itu (perang) mulai lagi, itu sangat mengerikan sehingga anak-anak mengompol,” katanya.
Misinya terpaksa berakhir pada 28 Maret 2022, setelah dia diperingatkan oleh separatis yang didukung oleh Rusia bahwa dia akan dikurung atau berpotensi dibunuh, jika dia kembali ke Mariupol. Menurut penuturannya juga, bus yang ia gunakan sempat diserang beberapa kali namun tidak ada yang terluka parah.