Islam Nusantara Diharapkan Bawa Dampak Positif Bagi Umat Muslim

Staf Ahli Bidang Antarlembaga Kemlu RI, Muhsin Syihab.
Sumber :
  • Dok. Kemlu

VIVA – Islam Nusantara Foundation sebuah organisasi nirlaba yang resmi terdaftar di negara bagian New York sejak September 2014 lalu mengadakan webinar pada Selasa 29 Maret 2022. Dalam webinar tersebut, Islam Nusantara mengangkat tema “Religious Tolerance, Humanity, and World Peace,”.

Acara yang diselenggarakan secara online tersebut, seharusnya dihadiri secara langsung oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) Retno Marsudi. Namun, perwakilan dari Kemlu RI mengatakan bahwa Menteri Retno tidak dapat menghadiri tersebut karena harus melaksanakan tugas negara di luar negeri.

Dalam pidato sambutan Staf Ahli Bidang Antarlembaga Kemlu RI, Muhsin Syihab mengatakan bahwa Islam Nusantara Foundation akan dapat melaksanakan dan menjadi wadah bagi umat Muslim di seluruh dunia.

“Upaya membangun kerja sama internasional untuk menguatkan komitmen dan penerapan falsafah Rahmatan Lil Alamin, sebagai ruh dari ajaran Islam di dunia adalah tugas besar peradaban Islam yang menuntut adanya sinergi antara dimensi rohani, madani, dan insani,” kata Muhsin Syihab dalam sambutan tersebut.

“Kami yakin, Islam Nusantara Foundation akan dapat melaksanakan dan menjadi wadah bagi seluruh umat Muslim, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia untuk mencapai cita-cita tersebut,” sambungnya.

Islam Nusantara terus memperkuat efektif tentang kesetaraan umat manusia, dan perlunya untuk terus berdialog ekselerasi perdamaian. Islam Nusantara juga membangun suatu basis paradigma kehidupan dan keilmuwan untuk memperkuat argumentasi perlunya prinsip dan nilai Islam Nusantara sebagai basis kehidupan bangsa Indonesia.

Di berbagai Universitas di Indonesia juga sudah terbangun berbagai mata kuliah Islam Nusantara. Islam Nusantara Foundation hendak terus mempromosikan nilai-nilai positif dan keberagaman antara umat beragama.

“Islam Nusantara menurut saya sangat menghargai acara-acara atau tradisi dari umat lain,” kata Hisanori Kato dari Chuo University, Jepang.