Para Backpacker Tiba di Australia Bisa Bebas Memilih Pekerjaan
- abc
Perbatasan internasional Australia sejak pandemi ditutup selama dua tahun sehingga tidak banyak pekerja di Australia. Akibatnya, backpacker yang ada bisa leluasa memilih jenis pekerjaan yang mereka inginkan.
Dua tahun lalu, Alexane Carpentier menemukan penerbangannya ke Australia dibatalkan ketika ia tiba di Bandara Quebec Kanada.
Rencananya, dia akan bertemu dengan pacarnya, Samuel Anderson
Samuel sudah berangkat lebih dulu ke Australia dan mendapatkan kerja sebagai pemetik buah anggur sebagai persyaratan bagi visa berlibur dan bekerja (WHV).
"Visa saya, tiket pesawat dan semua yang lain sudah siap namun saya harus menunggu," kata Alexane.
Namun, pasangan asal Kanada dari provinsi yang berbahasa Prancis tersebut akhirnya bisa melakukan perjalanan bersama-sama, dan sekarang bekerja di sebuah perkebunan anggur di Riverland di negara bagian Australia Selatan.
Kerja di ladang pertanian tidaklah menjadi keharusan bagi backpacker, sebutan untuk pemegang visa WHV, namun Alexane mengatakan dia memang tertarik kerja di sana.
"Kami memang ingin mencoba sesuatu yang berbeda, dan bayarannya bagus sekali dibandingkan di Kanada," katanya.
"Kami mendapat pengalaman yang menarik dan menyenangkan di Australia, udaranya bagus dan kami bisa bekerja di alam terbuka."
"Kami mulai bekerja pagi-pagi sekali namun selesainya juga lebih cepat."
Samuel Anderson bekerja di perkebunan yang memproduksi minuman anggur 919 Wines di tahun 2020, dan merasa bahwa dia mendapat perlakuan baik di sana.
"Ini perkebunan anggur, jadi tidak ada tanaman yang tinggi dan semuanya terawat dengan baik," katanya.
"Tidak banyak serangga, dan juga pemiliknya orang baik dan santai, jadi ini tempat yang enak untuk bekerja.
"Kita bisa mendapatkan majikan yang baik dan yang buruk namun sekarang dengan adanya jaringan sosial di internet kita bisa memasukkan nama seorang majikan dan menemukan apakah dia baik atau tidak.
"Kalau tempatnya besar, ada saja yang akan memberi informasi apakah mereka pernah punya pengalaman buruk ketika bekerja di sana."
Bantuan tenaga kerja
Direktur 919 Wines, Jenny Semmler, mengatakan dia tidak berharap adanya backpacker yang akan bekerja di ladangnya untuk musim panen 2020 sebelum Samuel Anderson menelponnya.
"Saya semula berpikir 'oh mungkin sudah akan terlambat bagi kami, mereka masih harus mengurus visa, sehingga masih diperlukan waktu berbulan-bulan sebelum semua mulai bergerak lagi," katanya.
"Mereka cenderung datang ke sini untuk memetik buah - awalnya buah seperti aprikot dan yang sejenisnya sebelum kemudian anggur.
"Kami sudah memiliki pekerja tetap namun kami harus bekerja keras seperti orang gila karena semuanya harus dikerjakan sendiri."
Perkebunan anggur yang terletak di Glossop sekitar 234 km dari ibu kota Australia Selatan, Adelaide menggunakan traktor dan juga tenaga manusia untuk memetik buah anggur.
"Biasanya kami akan pergi ke Berri mencari backpacker yang mau bekerja, dan biasanya akan mendapat dua sampai 12 orang untuk bekerja," kata Jenny Semmler.
"Semua tergantung pada seberapa banyak buah yang harus kami petik karena kami harus memperkirakan berapa banyak kerja yang bisa dilakukan, juga keadaan cuaca."
Dia mengatakan, adanya dua orang backpacker yang sudah siap dan mau bekerja adalah kabar yang sangat baik baginya.
"Ini membuat beban pikiran berkurang," katanya.
"Khususnya ketika udara panas, dan kami harus memastikan buah yang dipetik cepat masuk ke tempat penyimpanan yang dingin, kami memerlukan banyak pekerja tambahan sehingga kerja bisa dimulai satu dua jam lebih pagi dan ini membuat perbedaan besar."
Leluasa memilih pekerjaan yang diinginkan
Samuel Anderson dan Alexane Carpentier sekarang bekerja dua hari seminggu di perkebunan anggur tersebut dan mengatakan mereka perlu mendapatkan pekerjaan lain.
Mereka mengatakan yakin bahwa tenaga mereka banyak diperlukan.
"Tidak banyak backpacker yang ada saat ini sehingga lebih mudah sekarang ini untuk mendapat kerja," kata Alexane.
Samuel mengatakan dia dan pacarnya memperkirakan akan bekerja di sebuah perkebunan lainnnya dalam beberapa pekan mendatang.
"Mereka belum mengatakan kepada kami kami kapan akan mulai namun mereka mengatakan akan segera mulai dalam waktu dekat," katanya.
Sejak Desember 2021, pemerintah Australia sudah mengeluarkan 31.000 working holiday visa dan sekitar 1.000 orang di antara mereka sudah berada di Australia.
Selain itu di bulan Januari, pemerintah Australia mengumumkan akan mengembalikan biaya pendaftaran visa sebesar A$495 (sekitar Rp5 juta) untuk pengurusan visa backpacker tersebut , bagi mereka yang akan tiba di Australia sebelum 19 April 2022.
Peter Angel bekerja untuk MADEC, sebuah perusahaan yang memantau informasi pertanian di New South Wales, Tasmania dan South Australia.
Dia mengatakan masih belum jelas apakah sekarang ini sudah ada tanda-tanda kenaikan jumlah backpacker yang datang dan apakah banyak orang masih khawatir untuk melakukan perjalanan ke luar negeri.
"Kami mendengar cerita orang sudah datang dan mulai bergerak ke kawasan regional, tapi jumlahnya masih kecil," kata Peter.
Dia mengatakan bahwa besar kemungkinan mereka yang baru datang di Australia terlebih dahulu akan mendatangi pantai atau mencari kerja di kota-kota besar sebelum kemudian pergi ke daerah pedesaan.
"Bila pola yang ada berlanjut seperti sebelum pandemi, kita akan melihat para backpacker ini mendarat di Sydney dan menikmati kehidupan pesta di hostel-hostel," katanya.
"Mereka kemudian baru akan bergerak ke daerah-daerah yang masuk dalam promosi pariwisata Australia seperti pantai-pantai di Queensland dan Uluru."
"Dan kemudian yang terjadi adalah mereka yang suka tinggal di sini mulai mencari di mana mereka bisa bekerja sehingga mereka bisa melanjutkan visa untuk tahun kedua dan ketiga."
"Jadi, adalah mitos yang mengatakan bahwa para backpacker harus melakukan kerja di pertanian.
"Tetapi tentu untuk visa tahun kedua, sekitar 85 atau 95 persen dari mereka akan bekerja di pertanian sebagai syarat perpanjangan visa."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.