Mahasiswa Internasional Kembali ke Australia Kesulitan Tempat Tinggal
- abc
Mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia, yang akan tiba di Australia harus bersiap-siap menghadapi kesulitan dalam mencari tempat tinggal karena keterbatasan tempat kontrakan di berbagai kota di sana.
Kesulitan itu dialami salah satunya oleh Maddision Murray yang pindah dari Adelaide (Australia Selatan) untuk belajar di University of Wollongong di New South Wales (NSW) yang berjarak dari 1.332 km.
Maddison selama beberapa pekan terakhir harus tidur di mobilnya karena belum menemukan rumah sewa, padahal tahun ajaran baru universitas segera akan dimulai pada bulan Maret 2022.
Sekarang mahasiswi berusia 20 tahun tersebut hanya memiliki waktu dua minggu untuk menemukan tempat tinggal.
"Saya sudah berusaha mencari sejak pertengahan Desember, rasanya susah sekali," katanya.
Sebelum tidur di mobilnya, Maddison sudah berpindah-pindah dari satu akomodasi ke akomodasi sementara di kawasan pantai selatan NSW dan juga tinggal di hostel karena sekolah belum dimulai.
Baru-baru ini hostel tempatnya menginap juga penuh karena sudah dipesan mahasiswa internasional.
"Rasanya menyedihkan sekali bagi saya selama beberapa pekan terakhir, tidak saja ini memengaruhi kesehatan mental saya namun juga kemungkinan saya bisa tinggal di kota ini," katanya.
"Kadang saya harus tidur selama beberapa hari di mobil saya, dan saya merasa ketakutan sebenarnya, dan berpikir mungkin saya harus kembali lagi ke kota asal saya."
Maddison Murray mengatakan sudah mengajukan penawaran melalui iklan-iklan rumah kontrakan namun tidak banyak mendapat jawaban.
"Kalau kita tidak tahu ada orang yang mau pindah, sulit sekali menemukan tempat sewa karena biasanya informasi itu beredar dari mulut ke mulut, dan mereka sudah saling mengenal," kata Maddison lagi.
Apa yang dialami oleh Maddison Murray bukanlah hal yang unik.
Mahasiswa University of Wollongong Joel Spittles yang sekarang berusia 23 tahun juga sudah mengalami kesulitan menemukan tempat sewa permanen selama dua tahun terakhir.
"Saat ini saya menyewa kamar di rumah pasangan yang sudah lansia, karena saya tidak memiliki pilihan lain, kecuali saya hidup menggelandang," kata Joel.
Joel mengatakan, sebelumnya dia beberapa kali pindah tanpa pernah secara resmi menjadi penyewa resmi.
"Sepanjang tahun lalu saya tinggal di empat rumah berbeda," katanya.
"Saya harus bersaing dengan 60 orang lainnya untuk satu tempat sewa, dan dengan tidak adanya riwayat pernah menyewa sebelumnya, peluang untuk mendapat tempat hampir tidak ada."
Keadaan yang sama juga terjadi di Tasmania
Selama pandemi, masalah kontrak rumah ini tidak terlalu menjadi masalah karena banyaknya mahasiswa internasional yang kembali ke negara masing-masing.
Sekarang dengan dibukanya kembali perjalanan internasional mulai 21 Februari, keadaan di negara bagian Tasmania, negara bagian berbentuk pulau yang terpisah dari daratan Australia juga sama.
Seorang koki berusia 27 tahun Callum Cowie menggambarkan usahanya mencari tempat kontrakan baru di ibukota Tasmania Hobart, seperti 'mimpi buruk'.
Callum dan pasangannya sekarang hanya memiliki waktu 10 hari sebelum masa kontrak rumah yang sekarang habis dan dia sudah berusaha mencari rumah kontrakan baru sejak awal Januari 2022.
"Mencari tempat yang cocok bagi kami berdua, sesuai dengan anggaran, tapi juga memiliki fasilitas sekitar yang baik rasanya seperti mimpi buruk," kata Callum.
"Saya sudah mendaftar kontrakan 60 kali dan selalu berusaha mengecek email saya [untuk jawaban]. Sekarang saya sudah mendapat 3 kali penolakan," katanya.
Callum mengatakan dia juga mengetahui orang-orang lain yang mengalami hal yang sama.
"Saat saya menginspeksi empat rumah yang ditawarkan dalam dua minggu terakhir, ada sekitar 50 orang yang datang untuk keperluan yang sama di masing-masing rumah.
"Yang terburuk adalah minggu lalu ketika saya menginspeksi sebuah rumah di Lenah Valley, dan saya berusaha menghitung jumlah orang yang datang, mungkin ada sekitar 100 orang yang berminat menyewa," kata Callum.
Nicola Powell kepala bagian riset dan ekonomi Domains, salah satu situs real estate terbesar di Australia sepakat bahwa dalam beberapa bulan mendatang keadaan akan lebih buruk lagi karena kedatangan mahasiswa internasional.
"Hobart saat ini menjadi pasar kontrakan paling tinggi. Saya kira dibandingkan ibu kota negara bagian mana pun di Australia, di Hobart akan paling sulit untuk mendapat kontrakan," kata Dr Nicola Powell.
"Salah satu dampak terbesar dibukanya perbatasan internasional adalah pasar rumah sewa yang naik.
"Kebanyakan migran baru dan mahasiswa internasional setibanya di sini akan menyewa terlebih dahulu, jadi ini akan mengubah pasar rumah sewa, dan besar kemungkinan akan memberi tekanan pada rumah sewa, dalam hal permintaan rumah sewa."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari berita di ABC News