Perbedaan Gejala Antara COVID-19, Demam Berdarah, Flu dan Pilek
- bbc
Hujan yang turun selama musim kemarau memicu peningkatan kasus demam berdarah (DBD).
Demam, sakit kepala, nyeri tubuh, dan kelelahan adalah beberapa gejala penyakit ini.
Namun beberapa gejala itu juga sering dialami orang-orang yang terjangkit Covid-19, flu, atau bahkan pilek.
Lantas, bagaimana membedakan masing-masing penyakit tersebut?
Baca juga:
Beberapa tanda, salah satunya perubahan gejala, dapat memberi beberapa petunjuk. Meski begitu para ahli kesehatan memperingatkan bahwa hanya tes darah yang dapat menegakkan diagnosis.
Semua penyakit ini memiliki kesamaan, yaitu disebabkan oleh virus. Namun, virus yang menjadi pemicu berbeda-beda.
Covid-19 disebabkan SARS-CoV-2, dari termasuk dalam klaster virus corona. Sementara itu, flu dipicu virus yang tergolong keluarga influenza.
Lain lagi dengan pilek yang disebabkan rhinovirus, adenovirus dan parainfluenza. Adapun demam berdarah muncul akibat flavivirus.
Kasus Covid-19, flu dan pilek memiliki satu kesamaan, yaitu penularan yang terjadi melalui percikan cairan (droplet) pernapasan dari orang yang lebih dulu terinfeksi.
Ketiganya berbeda dengan demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Perbedaan lainnya
Demam berdarah
Penyakit ini adalah infeksi virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk betina yang terinfeksi flavivirus. Nyamuk yang menjadi penyebab penyakit ini biasanya Aedes aegypti.
Nyamuk jenis ini juga bertanggung jawab atas penularan chikungunya, demam kuning dan virus Zika.
Virus ini memiliki empat serotipe atau variasi berbeda, yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Masing-masing variasi ini berinteraksi secara berbeda dengan antibodi manusia. Artinya, seseorang memiliki empat peluang untuk terinfeksi.
Gejala klasik demam berdarah adalah demam tinggi yang muncul secara tiba-tiba pada awal infeksi.
Dalam kasus Covid-19, gejala demam tinggi ini belum tentu yang pertama kali dirasakan. Dalam banyak kasus, gejala ini bahkan mungkin tidak muncul sama sekali.
"Gejala pernapasan, yang cukup umum pada kasus Covid-19, jarang terjadi pada pasien demam berdarah," kata pakar infekologi sekaligus konsultan Brazilian Society of Infectology, Melissa Falco.
"Demam berdarah biasanya tidak menyebabkan gejala pernapasan seperti pilek, hidung tersumbat atau batuk," ujarnya kepada BBC News Brazil.
Para pakar menekankan bahwa dalam kasus gejala pernapasan, tenaga medis harus selalu mendiagnosis perbandingan antara Covid-19 dan flu yang disebabkan virus influenza A H3N2.
Pemeriksaan tersebut hanya dapat dilakukan secara aman melalui tes laboratorium yang spesifik.
Demam berdarah biasanya berlangsung selama empat sampai sepuluh hari. Walau begitu, dampaknya bisa bertahan hingga beberapa pekan.
Dampak penyakit ini terhadap seseorang bisa ringan atau berat (dengan atau tanpa tanda-tanda peringatan). Diagnosis dapat dibuat dengan pemeriksaan klinis dan dikonfirmasi melalui tes darah.
- Demam berdarah yang tidak parah dan tidak berpotensi bahaya ditandai dengan gejala umum seperti mual, demam, bercak kemerahan pada tubuh, muntah, sakit kepala, serta nyeri pada otot, persendian, dan sekitar mata.
- Demam berdarah yang tidak parah tapi disertai peringatan fase setelah demam. Pada tahap ini satu atau beberapa gejala yang dianggap mengkhawatirkan dapat mulai terjadi, antara lain muntah yang terus-menerus dan pendarahan.
- Demam berdarah berat ditandai adanya satu atau lebih manifestasi, yang dapat muncul tiba-tiba (pucat dan pingsan, berkeringat, dan penurunan tekanan darah).
Penderitanya juga bisa sulit bernapas karena ekstravasasi plasma (kebocoran cairan dari pembuluh darah), gangguan organ yang parah, seperti pada ginjal, hati, otak, dan jantung, pendarahan besar.
"Peristiwa kebocoran dan syok plasma berlangsung 24 hingga 48 jam, terjadi dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar dalam 12 hingga 24 jam," kata Falcao.
Falcao berkata, istilah demam berdarah yang populer di beberapa negara sekarang tidak lagi digunakan karena kurangnya presisi dalam mengidentifikasi kasus serius menurut klasifikasi sebelumnya.
Istilah demam berdarah, kata Falcao, mengesampingkan banyak kasus parah karena jika merujuk terminologi itu, penderita demam berdarah yang parah harus mengalami pendarahan.
"Anggapan itu keliru," ujar Falcao.
Covid-19
Infeksi virus corona SARS-CoV-2 dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, tergantung pada varian yang memicu infeksi. Covid-19 adalah nama penyakit yang disebabkan oleh virus ini.
Covid-19 dapat muncul dalam tiga bentuk: ringan, sedang, atau berat. Diagnosis dapat dibuat dengan pemeriksaan klinis dan tes laboratorium pada sampel yang diambil, terutama dari hidung.
Gejala yang paling umum pada awal pandemi pada tahun 2020 adalah batuk kering, demam, kelelahan, serta kehilangan indra penciuman dan perasa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencantumkan gejala yang tidak umum dirasakan seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, diare, mata merah, gatal, dan ruam.
Sementara itu gejala parah ditandai dengan kesulitan bernapas, kehilangan mobilitas atau bicara, nyeri di dada dan disorientasi yang menyebabkan sulitnya berpikir atau mengingat sesuatu.
Baca juga:
Sejauh ini sudah muncul lima variant of concern atau varian yang menyebabkan peningkatan penularan, yaitu Alfa, Beta, Gamma, Delta, dan Omicron.
Gejala utama varian Delta mirip dengan varian Alfa, seperti batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, sumbatan hidung, pilek, sakit perut, dan manifestasi kulit.
Dalam kasus varian Omicron, gejala paling umum yang diidentifikasi adalah sakit tenggorokan, kelelahan, pilek, bersin, sakit kepala, dan nyeri pada bagian tubuh tertentu.
Gejala berupa kehilangan penciuman dan rasa menjadi jarang ditemukan pada kasus yang disebabkan varian yang paling menular ini.
Batuk yang tiba-tiba muncul dan terus-menerus, sesak napas, dan demam tinggi tetap menjadi gejala yang signifikan, selain diare dan kedinginan.
Memburuknya gejala covid-19 biasanya tidak secepat pada kasus demam berdarah.
Namun varian Omicron yang dianggap kurang berbahaya dibandingkan varian lainnya dapat menyebabkan kematian.
Selain itu, penting untuk dicatat bahwa beberapa gejala tadi adalah yang paling umum terjadi, merujuk survei dan penelitian para ahli di seluruh dunia. Namun tidak berarti hanya gejala tersebut yang bisa muncul.
Terdapat puluhan gejala yang terkait dengan Covid-19, baik pada saat infeksi maupun yang muncul setelahnya atau yang disebut sebagai Covid berkepanjangan.
Gejalanya antara lain lesi kulit, rambut rontok, kebingungan mental dan kecemasan.
Efek berkepanjangan akibat Covid-19 ini mempengaruhi jutaan pasien di seluruh dunia. Mereka dapat mengalaminya selama beberapa pekan, berbulan-bulan, atau bahkan dalam hitungan tahun.
Flu
Penyakit ini disebabkan virus influenza yang memiliki keluarga besar dengan ratusan mutasi. Inilah alasan mengapa vaksin flu perlu diperbarui dan diberikan setiap tahun.
Flu dapat memicu gejala yang sangat mirip dengan Covid-19, tapi masa inkubasinya biasanya lebih pendek.
Dengan kata lain, gejalanya muncul dengan cepat (seringkali dalam semalam) dan memburuknya kondisi pengidapnya dapat terjadi secara tiba-tiba.
Dalam kasus Covid-19, masa inkubasi berlangsung lebih lama. Organisme dapat memakan waktu hingga lima hari untuk menunjukkan gejala.
Inilah yang menjelaskan apa yang disebut "negatif palsu", yaitu orang yang terinfeksi virus corona, tapi dinyatakan negatif setelah melakukan tes. Selain itu, meski tidak mengalami gejala, seseorang dengan Covid-19 dapat menginfeksi orang lain.
Gejala flu yang paling umum adalah batuk (biasanya kering), demam, sakit kepala, nyeri tubuh, malaise, dan kelelahan.
Flu juga dapat menyebabkan sakit tenggorokan, diare (terutama pada anak-anak), dan hidung meler atau tersumbat.
Kehilangan rasa dan penciuman bukanlah manifestasi umum pada kasus infeksi virus influenza, tidak seperti Covid-19.
Pilek
Pilek disebabkan virus rhinovirus, adenovirus, atau parainfluenza.
Berbeda dengan flu, gejala pilek biasanya ringan dan terjadi secara bertahap.
Sakit tenggorokan, pilek, dan hidung tersumbat adalah beberapa gejala yang paling umum.
Batuk ringan juga dapat memburuk, seperti demam (biasanya rendah), tetapi ini adalah gejala yang jarang terjadi.
Diare, sakit kepala, dan sesak napas juga jarang terjadi pada penderita pilek.
Pilek biasanya membaik dalam beberapa hari.
---
Artikel ini dibuat berbasis riset yang dilakukan Cristiane Martins untuk BBC News Brazil.