Bagaimana Protes Masif Bikin India Tutup Sekolah yang Larang Hijab
- abc
Negara bagian Karnataka di India mengeluarkan perintah untuk menutup sekolah dan perguruan tinggi selama tiga hari setelah terjadi sejumlah unjuk rasa, yang menanggapi beberapa sekolah menolak masuk murid yang memakai hijab.
Partai-partai oposisi dan kritikus di India menuduh jika pemerintah di tingkat federal dan negara bagian telah melakukan diskriminasi terhadap agama minoritas dan berisiko memicu kekerasan.
Pengadilan Tinggi Karnataka sedang mempertimbangkan untuk menentang larangan hijab tersebut.
Apa sebenarnya yang menyebabkan protes?
Bulan lalu, sebuah sekolah menengah khusus perempuan yang dikelola pemerintah di kota Udupi melarang siswi Muslim berhijab masuk ruang kelas.
Para siswi kemudian berkemah di luar sekolah setelah mereka dianggap menentang aturan seragam.
Beberapa pekan berikutnya, lebih banyak sekolah di negara bagian tersebut yang juga mulai menerapkan larangan penggunaan hijab di sekolah.
Laporan ini menjadi perhatian media nasional dengan tagar #HijabiisOurRight yang beredar luar di jejaring sosial.
Apa yang dilakukan oleh pelajar Muslim?
Para siswa dan siswi Muslim mengatakan jika hak-hak beragama mereka sudah dirampas.
Senin kemarin (7/02), ratusan dari siswa dan siswi, termasuk orang tua mereka, turun ke jalan menentang larangan penggunaan hijab di sekolah. Mereka menuntut agar siswi diizinkan menghadiri kelas meski mereka memakaii jilbab.
"Apa yang kita lihat adalah bentuk apartheid agama. Keputusan itu diskriminatif dan secara tidak proporsional memengaruhi perempuan Muslim," kata AH Almas, seorang pelajar berusia 18 tahun yang sudah mengikuti protes selama beberapa pekan.
Salah satu mahasiswa juga telah mengajukan petisi ke Pengadilan Tinggi Karnataka.
Bagaimana tanggapan dari pelajar Hindu?
Ketegangan semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir di Udupi dan di tempat lain di Karnataka, yang mayoritas warganya beragama Hindu.
Kericuhan terjadi setelah sekelompok siswa dengan selendang safron, biasanya dipakai oleh umat Hindu, memadati ruang-ruang kelas untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap larangan penggunaan hijab di sekolah mereka.
Mereka juga meneriakkan pujian kepada dewa-dewa Hindu, sambil memprotes penggunaan hijab yang jadi pilihan hidup para siswi Muslim.
Beberapa sekolah dilaporkan telah melarang penggunaan selendang safron juga juga.
Apa yang dikatakan pemerintah?
Pemerintah Karnataka dikuasai Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) dengan pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.
Mereka mengatakan dalam sebuah perintah pada 5 Februari disebutkan semua sekolah harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan oleh manajemen sekolah.
BC Nagesh, menteri pendidikan Karnataka mengunggah perintah tersebut di Twitter. Ia mengatakan aturan berpakaian sekolah ditetapkan setelah meninjau keputusan pengadilan dari seluruh India.
Dia mengatakan kepada BBC jika mendukung sekolah yang melarang penggunaan selendang safron dan hijab.
Menyusul sejumlah protes yang terjadi, Selasa kemarin (8/02), Ketua Menteri Karnataka Basavaraj Bommai memerintahkan sekolah dan perguruan tinggi ditutup selama tiga hari
“Saya mengimbau kepada seluruh siswa, guru dan manajemen sekolah dan perguruan tinggi serta masyarakat Karnataka untuk menjaga perdamaian dan kerukunan,” ujarnya.
Dia sebelumnya mengatakan kepada wartawan "mereka yang tidak mau mengikuti aturan berpakaian seragam dapat mencari pilihan lain".
Apa kata para pemimpin Muslim?
Aktivis hak asasi manusia, termasuk Malala Yousafzai, pemenang Nobel, sudah menyuarakan keprihatinan mereka dengan menyebutkan pelarangan hijab berisiko meningkatkan Islamofobia.
Mereka mengatakan kekerasan dan ujaran kebencian terhadap Muslim semakin meningkat di bawah pimpinan Modi dan partai nasionalis Hindu.
“Mengecam hijab adalah tidak adil dan diskriminatif. Mereka yang menentangnya tercatat merusak sekularisme dan secara terbuka mendukung mayoritarianisme,” kata Zakia Soman, pendiri Bharatiya Muslim Mahila Andolan, sebuah kelompok Muslim perempuan.
Yang lain berpendapat pelarangan ini menyoroti potensi isolasi dan marginalisasi umat Muslim yang merasa Modi dan BJP yang perlahan-lahan memisahkan mereka, menambah kegelisahan yang sudah bertambah dirasakan oleh komunitas minoritas.
Padahal menurut mereka India adalah sebuah negara multikultural yang memiliki jaminan kebebasan beragama yang tercantum dalam konstitusi.
"Apa yang kami lihat adalah upaya untuk membuat perempuan Muslim tidak terlihat dan mendorong mereka keluar dari ruang publik," kata Afreen Fatima, seorang aktivis pelajar di New Delhi.
Dia mengatakan larangan itu adalah puncak dari kebencian yang berkembang terhadap umat Muslim "yang sekarang sudah termanifestasikan dalam ranah fisik".
Apa yang terjadi dengan kasus pengadilan?
Para pelajar, yang mengajukan kasus ini ke pengadilan tinggi, mengatakan dalam petisinya jika penggunaan hijab adalah hak dasar dalam beragama yang dijamin oleh konstitusi.
Sidang di ibukota negara bagian Bengaluru dimulai Selasa kemarin.
Belum ada yang diputuskan, tapi hakim minta agar tetap damai dan tenang. Sidang masih berlanjut hingga kemarin (9/02).
Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan bahasa Inggris.