Militer-Intelijen Israel Siap Bantu UAE Gempur Milisi Houthi

VIVA Militer: Prajurit Tentara Pertahanan Israel (IDF)
Sumber :
  • New York Post

VIVA – Serangan pesawat tanpa awak (drone) milisi Houthi di Uni Emirat Arab (UAE) pada Senin, 17 Januari 2022, dikecam komunitas internasional. Serangan yang menyasar kawasan industri Musaffah ICAD 3, dekat unit penyimpanan ADNOC di Abu Dhabi itu menewaskan tiga pekerja migran dan melukai enam lainnya.

Serangan drone Houthi itu langsung direspon serangan balasan Koalisi Arab Saudi yang merupakan mitra UAE ke markas Houthi di Sana'a, Yaman Utara, sehari setelahnya. 20 orang dilaporkan tewas dalam serangan udara mematikan itu, termasuk salah seorang pimpinan Houthi, Abdullah Qassim Al-Junaid.

AS bersumpah akan meminta pertanggungjawaban Houthi atas serangan yang juga dikutuk oleh PBB, Uni Eropa, Inggris dan Prancis, dan seluruh Negara Teluk dan Timur Tengah, termasuk Israel

Menlu AS Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan berjanji untuk mengkoordinasikan respon balasan dengan pejabat UAE.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengirim surat belasungkawa kepada putra mahkota Abu Dhabi, dan menawarkan dukungan keamanan dan intelijen untuk membantu UAE melindungi warganya dari serangan serupa.

"Saya telah memerintahkan badan keamanan Israel untuk memberikan bantuan apa pun kepada rekan-rekan di UEA, jika Anda tertarik. Israel berkomitmen untuk bekerja sama dengan Anda dalam pertempuran yang sedang berlangsung melawan pasukan ekstremis di kawasan itu, dan kami akan terus bermitra dengan Anda untuk mengalahkan musuh bersama kami," kata Bennett dilansir ArabNews, Rabu, 19 Januari 2022.

Seperti diketahui, serangan Houthi di Abu Dhabi terjadi saat Houthi menderita serangkaian kekalahan militer dalam perang Yaman, termasuk pertempuran panjang di mana mereka diusir dari provinsi Shabwa oleh Brigade Raksasa yang dilatih UEA. 

Kekalahan itu merupakan pukulan bagi kampanye Houthi untuk merebut provinsi medan pertempuran Marib, benteng terakhir pemerintah di utara.

"Tidak ada akhir yang terlihat untuk perang Yaman," kata Elisabeth Kendall, seorang peneliti di Universitas Pembroke College Universitas Oxford. "Sebaliknya, konflik semakin meningkat,"

Namun, dia menilai UEA tidak akan terburu-buru melakukan reaksi balasan kepada Houthi. Pasalnya, UAEtelah banyak berinvestasi di Yaman, khususnya dalam infrastruktur politik dan militer baru di Yaman Selatan. 

"Tidak mungkin mereka menyimpang dari strategi jangka panjangnya atas dasar provokasi," ungkapnya

Sebelumnya, Pejabat UAE mengatakan mereka sedang mempertimbangkan serangan balasan atas apa yang mereka sebut sebagai tindak kriminal dan kejahatan. Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan sepakat untuk bersama melawan agresi teroris Houthi. 

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Faisal bin Farhan Al Saud mengutuk keras serangan teroris Houthi yang menargetkan wilayah dan fasilitas sipil di UEA pada hari Senin. Dalam komunikasinya dengan petinggi Emirat, Pangeran Faisal bin Farhan menegaskan solidaritas penuh Saudi dengan UEA dalam menghadapi semua ancaman terhadap keamanan dan stabilitasnya.

Pangeran Faisal menekankan bahwa keamanan UEA dan Arab Saudi tidak dapat dipisahkan dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban serangan teroris Houthi, pemerintah dan rakyat UEA.

"Tindakan teroris ini menjadi tanggung jawab Houthi," katanya. Ia menegaskan kembali bahaya kelompok teroris ini dan ancamannya terhadap keamanan, perdamaian, dan stabilitas di kawasan dan dunia.

Kerajaan menekankan bahwa mereka terus menghadapi semua upaya dan praktik teroris Houthi melalui kepemimpinannya dari Koalisi untuk memulihkan legitimasi di Yaman.