Badai Salju di Pakistan Tewaskan Sedikitnya 22 Jiwa
- bbc
Seorang turis, yang terjebak di mobilnya selama berjam-jam karena hujan salju yang belum pernah terjadi sebelumnya di Pakistan, menggambarkan bagaimana dia bisa melihat "kematian di depan mata" saat menunggu bantuan.
Samina termasuk satu dari ribuan orang yang bergegas untuk melihat hujan salju musim dingin di kota puncak bukit Murree.
Tetapi badai salju pada Jumat lalu (7/1) telah merobohkan pepohonan sehingga memblokir jalan masuk dan keluar kota di utara ibu kota Pakistan itu.
Sekitar 1.000 kendaraan terperangkap di tengah jalan, dan sedikitnya 22 orang tewas, termasuk dua keluarga besar.
Samina mengatakan kepada BBC bahwa dia meninggalkan rumahnya pada pukul 16:00 waktu setempat untuk melakukan perjalanan ke Murree, tetapi justru terperangkap di tengah badai salju bersama ribuan orang lainnya.
Gambar dan video yang diposting di media sosial menunjukkan mobil-mobil saling bertabrakan, dengan salju menumpuk di atap-atap mobil.
"Saya bisa melihat kematian di depan mata," kata Samina. "Sepertinya ada puncak salju yang dibangun di sekitar mobil kami... Saya tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata apa yang saya alami.
"Kami berdoa agar Tuhan membantu kami dan agar kami jangan binasa dalam badai salju."
Menurut Tariq Ullah, seorang pejabat di kota terdekat Nathiagali, badai itu menyebabkan timbunan salju setinggi 1,5 meter hanya dalam beberapa jam.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya," katanya kepada kantor berita AFP. "Angin kencang, pohon tumbang, longsoran salju. Orang-orang di sekitar ketakutan."
Samina akhirnya diselamatkan pada pukul 10:00 keesokan paginya, dan bermalam di salah satu tempat penampungan yang didirikan di kota resor itu, yang terletak di ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut.
Di antara para korban yang tak selamat dan meninggal dunia adalah 10 anak-anak, kata layanan darurat, serta dua keluarga yang masing-masing terdiri dari lima dan delapan orang.
Dua keluarga itu adalah seorang polisi, istri dan enam anak mereka, serta satu keluarga yang terdiri dari lima orang, menurut layanan darurat lokal Rescue 1122.
Pihak berwenang mengungkapkan sedikitnya delapan orang mati kedinginan. Ada pula kemungkinan mereka yang meninggal diduga akibat sesak napas setelah menghirup asap ketika mencoba menghangatkan diri di kendaraan masing-masing.
Tidak ada peringatan dini
"Kami tidak mendapatkan peringatan apa pun dari masyarakat, dari pemerintah, dari Google, dari berita, dari prakiraan cuaca," Duaa Kashif Ali, seorang turis dari Islamabad, mengatakan kepada AFP.
Dia dan 13 anggota keluarga dan teman lainnya meninggalkan mobil mereka dan berjalan sekitar 1,5 km ke suatu wisma, tempat mereka bisa berlindung.
Menurut wartawan BBC Farhat Javed - yang berada di Murree - ada ruang untuk sekitar 5.000 mobil di kota itu.
Namun pada hari Jumat lalu, 100.000 pengunjung telah diizinkan masuk, sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas besar-besaran saat mereka berjuang melewati salju yang dalam.
Banyak kendaraan ditinggalkan di jalan, dan tim pekerja darurat - yang pertama kali mengetahui masalah ini pada Jumat pagi - mengatakan kepada BBC bahwa operasi mereka diperlambat oleh kemacetan lalu lintas.
Pemerintah Provinsi Punjab mengatakan akan ada penyelidikan menyeluruh soal dugaan kelalaian dalam bertindak atas peringatan cuaca buruk.
"Penyelidikan tingkat tinggi akan diluncurkan dan jika ada kelalaian, maka tindakan akan diambil terhadap semua pihak yang terlibat," kata juru bicara Pemerintah Punjab, Hasaan Khawar.
Tapi ini tidak akan terjadi sebelum jalan ke Murree - yang dibangun oleh Inggris pada abad ke-19 sebagai pangkalan medis bagi pasukan kolonialnya - dibersihkan.
Bagaimana bencana ini bisa terjadi?
Militer Pakistan mengungkapkan telah menyelamatkan lebih dari 300 orang yang terperangkap badai salju dan mulai membersihkan jalan menuju Murree.
Menteri Dalam Negeri Sheikh Rashid mengatakan krisis itu disebabkan oleh jumlah orang yang bepergian ke daerah itu.
Lebih dari 100.000 mobil telah tiba di kota era kolonial itu dalam beberapa hari terakhir, media sosial di Pakistan pun dibanjiri foto orang-orang yang menikmati salju di daerah tersebut.
Tetapi pada hari Jumat, media lokal melaporkan bahwa banyak turis terdampar badai salju. Keesokan harinya, salju tebal ditambah peningkatan jumlah kendaraan mendorong pihak berwenang untuk menyatakan wilayah itu sebagai zona bencana.
"Orang-orang menghadapi situasi yang mengerikan," Usman Abbasi, seorang turis yang terjebak di kota itu, di mana salju tebal masih turun, kepada AFP melalui telepon.
"Bukan hanya turis, tetapi penduduk lokal juga menghadapi masalah berat," tambahnya, seraya mengatakan kini muncul kekurangan gas dan air.
Baca juga:
Penduduk setempat telah memberikan selimut dan makanan kepada mereka yang terperangkap, sementara mereka yang dapat mencapai kota - yang terletak di ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut - telah diberi perlindungan di gedung-gedung pemerintah dan sekolah.
Perdana Menteri Imran Khan menyatakan keterkejutannya atas "kematian tragis" para turis itu. Dia pun mencatat bagaimana hujan salju dan "keramaian [orang] yang melanjutkan perjalanan tanpa memeriksa kondisi cuaca membuat pihak berwenang setempat tidak siap".
Kami "telah memerintahkan penyelidikan dan menerapkan peraturan yang kuat untuk memastikan pencegahan tragedi semacam itu," kata Khan dalam sebuah cuitan di Twitter.