5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

VIVA Militer: Mendiang Jenderal Qassem Soleimani
Sumber :
  • Military Watch Magazine

VIVA – Tanggal 3 Januari merupakan hari peringatan dua tahun pembunuhan komandan militer Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani dan juga kepala milisi Syiah, Kata’ib Hezbollah yang sekaligus menjadi komandan Pasukan Mobilisasi Populer Irak Abu Mahdi al-Muhandis. Kedua pejabat militer tersebut tewas usai dihantam rudal Hellfire R9X yang ditembakkan oleh drone MQ-9 Reaper yang diluncurkan oleh Amerika Serikat

Serangan tersebut memang ditargetkan kepada konvoi rombongan unit militer Syiah di Irak, Hashed, dan juga menewaskan delapan orang termasuk Jenderal Soleimani. Akibat serangan udara oleh militer AS tersebut, hubungan Negeri Paman Sam dengan Irak-Iran semakin memanas. Nah, menyadur dari berbagai sumber, berikut adalah ulasan mengenai fakta tewasnya Jenderal Qassem Soleimani. 

Perintah Mantan Presiden AS, Donald Trump

Mantan Presiden AS Donald Trump

Photo :
  • Twitter

Petagon atau Markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat memastikan bahwa serangan tersebut dilakukan karena instruksi dari Donald Trump. Qassem dihabisi nyawanya karena ia dituduh bertanggung jawab kematian diplomat dan militer AS yang berada di Irak. Bahkan, Donald Trump langsung mengunggah sebuah foto bendera AS setelah Soleimani tewas. 

Amerika Serikat dan Iran dikenal sering berselisih setelah Trump berkuasa di negeri tersebut. Perseteruan kedua negara ini diawali saat AS menarik diri dari perjanjian nuklir yang berakhir perselisihan terbuka antara kedua negara tersebut. 

Trump Tidak Memberitahu Kongres Mengenai Rencana Penyerangan

VIVA Militer: Mendiang Letnan Jenderal Qassem Soleimani

Photo :
  • Vox.com

Anggota parlemen Amerika Serikat menyatakan bahwa mantan presiden Trump tidak memberitahu mengenai rencana pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani. Ketua Komisi Luar Negeri Parlemen AS, Eliot Angel mengatakan bahwa rencana pembunuhan tersebut dilaksanakan tanpa adanya konsultasi dengan kongres. 

Walaupun Qassem dinilai bertanggung jawab, tapi melaksanakan aksi tanpa berkoordinasi terlebih dahulu akan memantik masalah hukum yang sangat serius. Bahkan, Angel mengatakan bahwa hal tersebut sebagai penghinaan pada kekuatan kongres yang menjadi cabang pemerintahan yang setara. 

Kecanggihan Drone MQ-9 Reaper

Presiden Donald Trump saat menjalani debat terakhir Pilpres AS 2020

Photo :
  • Andrew Nelles / The Tennessean

Drone tersebut terbang nyaris tanpa mengeluarkan suara dan meluncurkan rudal Hellfire yang menghancurkan konvoi mobil Jenderal Qassem Soleimani. Pesawat tanpa awak tersebut mempunyai daya jelajah sampai 1.150 mil dengan kemampuan terbang mencapai 50.000 kaki. Drone ini disebut sebagai senjata, multi misi, daya terbang menengah, dan tahan lama. 

MQ-9 Reaper juga dikatakan sebagai alat pengintai pada target berprofil tinggi, sensitif pada waktu, dapat mencari target, dan dipakai untuk operasi perang tidak teratur. Drone dengan harga US$64,2 juta per unit atau setara Rp919,4 miliar ini bisa membawa 4 rudal Hellfire dengan daya ledak dahsyat yang mampu menghancurkan tank. 

Ancam AS Akan Melakukan Balas Dendam

Presiden terpilih Iran, Ebrahim Raisi.

Photo :
  • Istimewa

Presiden Iran, Ebrahim Raisi menjelaskan bahwa mantan Presiden AS, Donald Trump mesti diadili lantaran pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani atau Teheran akan melakukan balas dendam atas tindakan tersebut. Menurut hukum Islam Iran, seorang pembunuh bisa dieksekusi mati terkecuali keluarga korban setuju untuk mengambil uang darah lewat rekonsiliasi. 

Kemudian pada hari Minggu kemarin, Iran sudah mendesak Dewan Keamanan PBB pada sebuah surat untuk meminta pertanggungjawaban AS dan Israel yang menurutnya ikut terlibat dalam pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani. 

Tanggapan AS Soal Pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani

VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

Photo :
  • NBC News

Beberapa hari usai pembunuhan Jenderal Iran tersebut, AS mengatakan kepada PBB bahwa pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani merupakan pembelaan diri dan berjanji akan mengambil tindakan lebih yang diperlukan di Timur Tengan guna melindungi para personel dan juga kepentingan Amerika Serikat. 

Ketika itu, Jaksa Agung, William Bar menjelaskan bahwa Trump jelas mempunyai wewenang untuk membunuh Jenderal Soleimani dan jenderal tersebut merupakan target militer yang sah.