Terungkap, Vladimir Putin Ternyata Pernah Jadi Sopir Taksi
- bbc
Presiden Rusia Vladimir Putin menyesali jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan dia mengaku sempat harus bekerja sebagai sopir taksi untuk menambah penghasilannya.
Krisis ekonomi yang dipicu oleh keruntuhan Soviet 30 tahun lalu itu memaksa banyak warga Rusia mencari cara untuk mendapat nafkah.
Bagi Putin bubarnya Uni Soviet itu sebagai keruntuhan masa lalu Rusia.
Pernyataan itu tak pelak memicu spekulasi tentang niatnya terhadap Ukraina, bekas pecahan Soviet.
Baca juga:
Rusia telah mengerahkan lebih dari 90.000 tentara di perbatasan dengan Ukraina dan muncul kekhawatiran bahwa Moskow berencana untuk menyerbu tetangganya itu.
Para pejabat di Kremlin menyangkal tuduhan itu, bahkan balik menuding Ukraina melakukan provokasi dan mencari jaminan terhadap ekspansi NATO ke arah timur.
Pernyataan Putin itu muncul dari film dokumenter berjudul Russia, Latest History, yang ditayangkan pada hari Minggu (12/12).
"Itu adalah disintegrasi sejarah Rusia di bawah nama Uni Soviet," katanya, sambil menambahkan bahwa di Barat sana saat itu diyakini bahwa disintegrasi lebih lanjut dari Rusia tinggal masalah waktu.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Putin memandang keruntuhan itu sebagai tragedi, tetapi pengakuan dia tentang kesulitan pribadinya saat itu baru kali ini terungkap.
"Terkadang saya harus mencari nafkah tambahan," ujarnya. "Maksud saya, mencari penghasilan tambahan dari mobil sebagai sopir. Terus terang, ini hal yang tidak enak untuk disinggung, tapi kenyataannya memang demikian."
Ambulans untuk taksi
Pada saat itu, taksi jarang ditemukan di Rusia, dan orang-orang di sana menggunakan mobil pribadi mereka sebagai jasa transportasi untuk membantu memenuhi kebutuhan.
Bahkan ada pula yang menyalahgunakan mobil-mobil dinas seperti ambulans sebagai taksi.
Selama ini publik hanya mengetahui Putin sebagai mantan agen dinas rahasia Soviet, KGB, sebelum menjadi politikus.
Lalu di awal 1990-an, dia bekerja di kantor Wali Kota St Petersburg, Anatoly Sobchak.
Dia mengaku mengundurkan diri dari KGB setelah upaya kudeta Agustus 1991 terhadap Presiden Uni Soviet saat itu, Mikhail Gorbachev, yang berlanjut pada pecahnya negara komunis tersebut.
Kenangan naik `taksi pelat hitam`
Oleh Patrick Jackson, BBC News
Saya saat itu naik bus dalam perjalanan kembali ke depotnya pada suatu malam, tetapi saya melihat ada yang menarik pada suatu mobil ambulans yang lewat.
Itu adalah kendaraan yang saya dapati juga digunakan sebagai taksi di Rusia pada 1990-an.
Banyak orang muda Rusia di Moskow yang saya ketahui saat itu memanfaatkan kendaraan tersebut dan, pada akhirnya, setiap laki-laki Rusia yang sudah berkeluarga dan punya kendaraan bermotor saat itu tampaknya juga menyambi sebagai `bombila`, julukan bagi pengemudi taksi pelat hitam.
Saat pertama kali tiba di sana sebagai mahasiswa pada 1989, saat itu cuma ada peraturan tidak tertulis: jangan naik mobil yang sudah ditumpangi lebih dari satu orang dan sepakati tarifnya dulu sebelum naik.
Baca juga:
- Kartu identitas intelijen milik Vladimir Putin ditemukan di Jerman
- Apa kaitan racun, kekuasaan, dinas mata-mata Rusia, dan Vladimir Putin?
- Aina Gamzatova, Muslimah yang menantang Putin walau `tak akan jadi presiden`
Saat itu masih sedikit taksi resmi. Biasanya risiko terbesar yang kami hadapi saat itu adalah membuat tersinggung sopir macho dengan mencoba mengenakan sabuk pengaman.
Ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991 dan rubel kehilangan nilainya, pasar informal menjamur dan kami mendapati diri didorong oleh orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
Kadang-kadang saya melakukan percakapan yang mencerahkan dengan para pengemudi, tetapi sering kali mengalami kesunyian yang ganjil.
Mungkin karena si pengemudi baru sadar bahwa dia bisa saja minta tarif lebih besar begitu tahu saya orang Barat, tetapi mungkin juga karena mereka mungkin malu karena harus menghabiskan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka untuk "jadi sopir" alih-alih mengejar karier dan kehidupan yang telah mereka rencanakan.