Dugaan Suntikan Narkoba ke Orang-orang di Konser Travis Scott Diusut
- Instagram @travisscott
Keluarga dan teman-teman dari korban yang tewas dalam kerumunan di konser musik penyanyi rap Travis Scott di Houston, Texas pada Jumat (5/11) memberikan penghormatan kepada orang-orang terkasihnya.
Penghormatan bernada emosional serta upaya penggalangan dana melalui situs GoFund Me untuk para korban tersebar luas di media sosial.
Setidaknya delapan orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat kerumunan saat konser musik bertajuk Festival Astroworld itu, korban termuda baru berusia 14 tahun.
Lonjakan kerumunan mulai terjadi sekitar pukul 21:15 waktu setempat, ketika para penonton mendesak maju mendekati panggung sehingga menimbulkan kepanikan.
Situasi itu menyebabkan sejumlah orang cedera, orang-orang semakin panik, dan petugas pertolongan darurat di tempat kewalahan menangani para korban. Sekitar 300 orang dirawat karena terluka dan mengalami memar.
`Dia telah menari menuju surga`
Danish Baig, 27, meninggal usai mencoba menyelamatkan kerabatnya dalam kerumunan tersebut. Saudara laki-lakinya, Basil Mirza Baig mengatakan, "senyuman Danish selalu menceriakan suasana."
Rudy Peña, yang berasal dari Laredo, Texas, juga tewas dalam tragedi itu. Kakak perempuannya mengatakan kepada Laredo Morning Times bahwa Peña adalah "orang yang paling manis, ramah, dan punya banyak teman karena dia selalu ada untuk semua orang. Dia adalah penggemar berat Travis, dia menyukai musiknya."
Franco Patino, 21, merupakan mahasiswa teknik di Universitas Dayton. Pihak universitas mengonfirmasi kematian Patino kepada sebuah stasiun televisi lokal WHIO. Dia juga merupakan anggota dari kelompok persaudaraan Alpha Psi Lambda dan tengah memenuhi penempatan kerja di Mason, Ohio.
Brianna Rodriguez, 16, ialah seorang murid junior di SMA Heights di Houston. "Dia sangat suka menari dan sekarang dia telah menari menuju surga," tulis keluarganya di Facebook.
John Hilgert, 14, menjadi korban termuda yang meninggal dalam Festival Astroworld. "Dia adalah salah satu orang terbaik yang saya kenal dan dia selalu membuat orang lain tertawa," kata seorang temannya melalui Twitter.
Jacob Jurinek, 23, merupakan mahasiswa seni dan media di Universitas Southern Illinois. Melalui sebuah pernyataan, keluarganya mengatakan bahwa Jurinek dikenal dengan "antusiasme, energi, dan sikap positifnya yang tidak tergoyahkan".
Axel Acosta, 21, adalah mahasiswa Ilmu Komputer di Universitas Western Washington. Keluarganya memberi tahu media lokal bahwa dia mendatangi konser itu seorang diri, dan itu merupakan festival musik pertama yang pernah dia datangi.
Korban yang terluka ajukan gugatan hukum pada Travis Scott dan Drake
Beberapa korban yang terluka telah mengajukan gugatan hukum terhadap Travis Scott dan Live Nation yang merupakan promotor dari festival musik itu.
Sebuah gugatan juga dilayangkan kepada penyanyi rap, Drake, yang tampil sebagai bintang tamu kejutan, karena dianggap menghasut kerumunan meski dia mengetahui bagaimana tabiat Travis Scott.
Pada 2018, Travis Scott mengaku bersalah karena mengajak orang-orang bergegas mendekati panggung dalam konser di Arkansas, AS. Media setempat melaporkan, Scott memberi hampir Rp100 juta (US$7.000) untuk dua orang yang mengaku terluka dalam konser tersebut.
Sejauh ini, Scott maupun Drake belum mengomentari gugatan hukum terhadap mereka.
Sebelumnya, melalui pernyataan yang dia bagikan lewat Twitter, Scott berterima kasih kepada polisi dan layanan darurat. Dia juga menyatakan "berkomitmen untuk membantu pemulihan dan mendukung kebutuhan keluarga yang terdampak."
Dia kemudian mengunggah pesan vÃdeo di Instagram dan meminta siapa pun yang memiliki informasi terkait insiden tersebut untuk menghubungi pihak berwenang.
Scott yang memiliki nama asli Jacques Webster membuat terobosan besar pada 2013 dan pernah masuk delapan nominasi untuk Grammy Awards.
Dia telah memiliki seorang anak dengan sosialita Kylie Jenner, yang turut hadir dalam festival itu.
Melalui akun Instagram-nya, Jenner mengatakan bahwa mereka "terpukul".
"Saya ingin memastikan bahwa kami tidak mengetahui ada korban jiwa sampai berita itu keluar setelah pertunjukan," tulisnya.
Bagaimana investigasi polisi terkait kasus ini?
Kepolisian Houston menyatakan tengah menyelidiki laporan yang mereka terima bahwa salah satu pengunjung menyuntikkan narkoba kepada orang-orang.
Menurut Kepala Kepolisian Houston, Troy Finner, investigasi terkait tragedi ini juga melibatkan divisi pembunuhan dan narkotika.
Beberapa penonton konser disadarkan menggunakan obat anti-overdosis narkoba, termasuk seorang petugas keamanan yang menurut polisi memiliki bekas suntikan.
"Kami mendapat laporan dari seorang petugas keamanan, bahwa dia merasakan suntikan di lehernya ketika mencoba menjangkau seorang pengunjung," kata Finner.
"Saat diperiksa, dia tidak sadarkan diri," tambah Finner. "Dia kemudian disadarkan, dan staf medis menyadari ada bekas tusukan yang tampak seperti ketika orang lain mencoba menyuntikkan Anda."
Selain itu, polisi juga mengecek vÃdeo dari tempat kejadian untuk mengetahui penyebab terjadinya lonjakan kerumunan dan mengapa orang-orang sulit menyelamatkan diri.
Rasa memiliki yang berujung mematikan
Angelica Casas, BBC News, Houston
Tanda peringatan untuk para korban telah didirikan di sepanjang pagar di dekat pintu masuk ke tempat festival diselenggarakan.
Salah satu orang yang datang untuk memberi penghormatan kepada korban adalah Ruby Ayala, 19. Ini merupakan festival musik pertama yang pernah Ayala kunjungi. Dia datang ke festival itu bersama saudara perempuannya dan sejumlah teman. Selain itu, mereka juga berkenalan dengan sejumlah teman baru, salah satunya Franco Patino yang menjadi korban tewas.
"Dia (Patino) mengatakan akan melindungi kami karena dia pernah ke konser seperti ini sebelumnya," kata Ayala sambil menangis. "Saat itu saya berpikir, `saya akan tetap bersamanya`."
Ketika kekacauan terjadi, mereka mengira itu adalah mosh pit, aksi populer yang terjadi di konser musik dimana orang-orang saling mendorong. Namun kemudian, orang-orang di sekitar mereka mulai kesulitan bernapas dan keluar dari kerumunan.
Mereka kemudian terpisah dari Patino. "Apabila saya bergeser sedikit saja, bisa saja saya yang menjadi korban."
"Sulit dipercaya lilin ini juga untuk Patino."
Ibu Ayala, Graciela Martinez, masih tidak percaya putrinya turut hadir dalam festival itu. Martinez sempat menelepon Ayala pada Jumat malam, tepat setelah festival berlangsung.
"Saat itu saya tidak mengerti mengapa Ayala sangat marah," kata Martinez mengenai perbincangan di telepon dengan putrinya.
"Dia lupa memberi tahu saya bahwa ada orang yang terinjak-injak di kerumunan. Sangat menyakitkan melihat mereka melalui itu dan tidak ada yang bisa kami (sebagai orang tua) lakukan untuk membantu."
Marc Medina, 18, juga kembali ke lokasi festival bersama keluarganya untuk memberi penghargaan kepada para korban. Dia ingat sempat melewati seorang gadis yang membutuhkan bantuan. "Gadis itu, dia jatuh…" tutur Media, tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Tidak mudah bagi saya untuk kembali ke sini," katanya. "Tapi saya ingin mereka merasa diingat dan tidak dilupakan."