Nasir Abas: AS Sekalipun Tidak Mampu Sama Sekali Hilangkan Taliban
- New York Times
VIVA – Kelompok Taliban sudah berhasil menduduki Kabul dan mengumumkan perang Afghanistan sudah berakhir. Muncul persepsi terhadap Taliban yang kini dinilai berbeda karena tak melakukan cara brutal seperti merebut Kabul pada 1996
Pengamat timur tengah sekaligus eks Ketua Jamaah Islamiyah, Nasir Abas menyampaikan pada 1996, Taliban menguasai Kabul setelah berhasil memerangi pemerintahan Mujahidin.
"Berbeda dengan keadaan sekarang. Ini menunjukkan ada perkembangan, Taliban dalam melakukan penguasaan wilayah, perebutan wilayah dan juga perebutan kekuasaan," kata Nasir dalam Apa Kabar Indonesia Malam tvOne yang dikutip VIVA pada Senin malam, 16 Agustus 2021.
Dia bilang saat itu pada 1996, Taliban melakukan serangan seporadis ke Kota Kabul. Berbeda dengan pemandangan pada Minggu, 15 Agustus 2021. Gerilyawan Taliban tidak merusak Kabul. Pun, saat menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan setelah Ashraf Ghani melarikan diri ke Tajikistan.
"Kalau dulu Kabul itu dibombardir. Habis, rusak semua bangunannya. Bangunannya hancur, bandaranya hancur. Tapi, kali ini kita melihat Kabul itu tidak diapa-apakan. Dan, seolah mereka ingin menjaga dan merawat fasilitas yang ada di sana," ujar Nasir.
"Jadi, ini apa namanya suatu hal perkembangan menurut saya perbedaan dahulu yang kita lihat seperti brutal, kemudian sekarang sepertinya profesional. Begitu," jelas Nasir.
Kemudian, ia menilai Taliban sejak dibentuk sudah seperti turun temurun di Afghanistan sehingga sulit dihilangkan. Hal ini terlihat meski negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) menguasai Afghanistan dengan melengserkan rezim Presiden Mohammed Omar dari Taliban pada 2001.
"Itu sudah turun temurun. Bahkan Amerika sekalipun tidak mampu sama sekali menghilangkan Taliban sejak Amerika menguasai Afghanistan. Sehingga tetap terus ada Taliban. Nggak bisa dihilangkan," tuturnya.
Nasir menjelaskan dalam perkembangannya saat Taliban lengser dimulai pemerintahan Afghanistan yang didukung AS dan sekutunya. Rezim Afghanistan didukung AS dimulai dari Presiden Hamid Karzai hingga Ashraf Ghani sebelum kembali saat ini direbut Taliban.
Meski pemerintahan Afghanistan didukung AS, namun menurutnya selama dua dekade itu, proses negosiasi dengan Taliban tetap dilakukan.
"Sudah dilakukan proses negosiasi Afghanistan dengan kelompok Taliban. Sampai Taliban di bawa ke PBB, Taliban diperkenalkan ke negara-negara lain. Supaya Taliban ini bisa menerima proses perdamaian," tuturnya.
Namun, ia menganalisa Taliban melihat kesempatan melanjutkan perlawanan saat AS menarik pasukan militernya dari Afghanistan. Kesempatan itu yang terlihat sekarang dengan berhasil menduduki Kabul dan sebagian besar ibu kota provinsi di Afghanistan.
"Ketika Amerika menarik pasukannya, kemudian tersisa pemerintah Afghanistan, Taliban melihat ini suatu kesempatan. Apalagi masih baru ditarik pasukannya menjadi kesempatan untuk melanjutkan perlawanan," sebut Nasir.
Mengutip Association Press, pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Presiden Ashraf Ghani sudah mengakui kekalahan dari Taliban. Apalagi, satu persatu ibu kota provinsi di Afghanistan hingga Kabul sudah dikuasai Taliban. Bahkan, sebelum Taliban menduduki Kabul, Ghani sudah mengamankan diri terlebih dulu ke Tajikistan.
Ghani yang mengaku kalah kini sedang mempersiapkan transisi dan pemindahan kekuasaan ke Taliban.