Di KTT Informal APEC, Jokowi Ikut Bahas Penanganan Pandemi

Presiden Jokowi di KTT Informal APEC 2021 Secara Virtual
Sumber :
  • Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden

VIVA – Presiden Joko Widodo, mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Informal Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) secara virtual dari Istana Negara pada Jumat, 16 Juli 2021.

Pertemuan dipimpin oleh tuan rumah Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Jacinda Ardern selaku Ketua APEC tahun ini. Presiden Jokowi sendiri didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Seskab Pramono Anung.

Retno menjelaskan, bahwa KTT informal ini digagas Selandia Baru untuk membahas penanganan pandemi COVID-19. Biasanya, KTT APEC dilakukan setahun sekali, yakni sekitar bulan November sebagai bagian dari rangkaian APEC Economic Leaders Week.

"Situasi pandemi saat ini, Selandia Baru menggagas sebuah KTT tambahan khusus untuk membahas kolaborasi APEC dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi kawasan," kata Retno.

Menurut dia, jumlah kasus COVID-19 di tingkat global meningkat sekitar 15 persen dalam seminggu terakhir ini. Malah, Direktur Jenderal WHO menyebut bahwa dunia lagi menghadapi peningkatan angka kasus dan kematian dalam empat minggu terakhir. Beberapa ekonomi APEC menghadapi kenaikan kasus lebih dari 100 persen.

Maka, kata Retno, APEC sejauh ini telah menyepakati sejumlah komitmen terkait penanganan pandemi dan percepatan pemulihan ekonomi. Yaitu deklarasi untuk memfasilitasi pergerakan barang esensial di masa pandemi yang dikeluarkan pada 2020.

Sementara tahun 2021, APEC mengeluarkan pernyataan bersama untuk memfasilitasi sektor jasa yang mendukung pergerakan barang esensial dan pernyataan bersama mempercepat WTO Trade Facilitation Agreement, untuk mendukung kelancaran rantai pasok vaksin COVID-19 dan barang terkait lainnya.

“KTT APEC kali ini juga menghasilkan dokumen pernyataan Pemimpin Ekonomi APEC, yakni mengatasi COVID-19 dan mempercepat pemulihan ekonomi,” ujar Retno, dalam keterangan Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.

Hal-hal penting dari dokumen tersebut, lanjut dia, antara lain kerja sama untuk mendorong akses yang berkeadilan yang merata untuk vaksin COVID-19, pentingnya pembukaan lapangan kerja baru, dan pemulihan ekonomi inklusif.

“Reformasi struktural untuk mendukung adaptasi pekerja dan sektor pelaku bisnis termasuk lewat transformasi digital, serta perdagangan, investasi, dan integrasi ekonomi kawasan untuk mendorong pemulihan ekonomi,” jelasnya.