Pembantaian Ras di Tulsa AS, Tulang-Belulang Itu Kini 'Bicara'

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Seratus tahun setelah sekelompok orang kulit putih meluapkan kemarahan di kawasan elite orang-orang kulit hitam, upaya pencarian mayat adalah misi yang sangat pribadi bagi seorang dokter.

"Pekerjaan saya," ujar Dr Phoebe Stubblefield, "adalah membiarkan tulang-belulang berbicara."

University of Florida/John Jernigan

Kini antropolog forensik itu berada di garis depan dalam pencarian para korban dalam pembantaian ras Tulsa di tahun 1921.

Ini adalah misi profesional - dan pribadi - bagi ilmuwan peneliti di University of Florida.

"Tidak banyak ahli antropologi forensik berkulit hitam," katanya.

"Bagi Tulsa, ini adalah kesempatan langka untuk membiarkan seorang kulit hitam menggunakan jasad orang-orang kulit hitam guna menceritakan kisahnya."

Menjelang seratus tahun pembantaian Tulsa, kejadian ini tetap menjadi insiden tunggal kekerasan rasial terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.

Dilatari segregasi rasial, ketika Ku Klux Klan menggelar pawai dan menerapkan hukuman gantung, pada 31 Mei 1921, massa kulit putih bersenjata beraksi membabibuta di lingkungan elit orang-orang kulit hitam di Greenwood.

Puluhan, bahkan ratusan, terbunuh. Ribuan orang terluka. Rumah dan usaha bisnis dijarah dan dibakar hingga rata dengan tanah. Dalam waktu 16 jam area tersebut telah dimusnahkan.

Dr Phoebe Stubblefield bekerja dengan para sejarawan dan arkeolog guna mencoba menemukan jasad-jasad para korban sejak 1998.

Ini adalah proses yang lambat, melelahkan, dan acap kali membuat frustrasi. Upaya pencarian sempat gagal, namun akhirnya, dua tahun lalu, mereka mengidentifikasi area Pemakaman Oaklawn di utara Tulsa di dekat area Greenwood tempat pembantaian itu terjadi.

Radar penembus tanah digunakan untuk mensurvei situs tersebut. Dan pada Oktober 2020 alat itu menemukan campuran kayu dan tulang-belulang di dalam tanah.

 

University of Florida/John Jernigan

 

"Radar kami menembus area beberapa peti mati. Ketika kami mencoba menggalinya, kami mengungkap sedikit tengkorak ... dan saya melihatnya dan saya berujar `kami telah menemukan kuburan seorang pria. Saya pikir kami sudah menemukannya `. "

Mereka telah menemukan 12 peti kayu mati, masing-masing diletakkan berdampingan, berisi sisa-sisa jasad manusia.

Namun para ilmuwan berpikir lebih banyak mayat bisa disembunyikan di sana. Ini bukan hanya lubang pemakaman. Itu adalah kuburan massal.

Dr Stubblefield berharap untuk memeriksa jasad-jasad manusia di berbagai peti mati di situs tersebut. Tapi kondisi jasad-jasad itu rapuh dan diputuskan bahwa analisis harus dilakukan di dalam ruangan, di laboratorium yang suhunya terkontrol.

Mayat-mayat itu akan digali pada Juni. Tatkala dia datang untuk mempelajarinya, Dr Stubblefield mengatakan dia akan mencari "bukti luka tembak atau peluru atau timbal yang tersebar di dalam kerangka" guna membantu menentukan apakah sisa-sisa itu adalah hasil dari sebuah pembantaian.

Pada 1921 banyak korban meninggal akibat luka tembak, katanya, dan karena tidak ada pemeriksaan post-mortem, ada kemungkinan besar peluru-peluru tersebut masih ada di sana.

Dr Stubblefield menambahkan, baginya "kesuksesan tertinggi" akan menjadi semacam tanda peringatan "dengan masing-masing nama korban dilampirkan, lengkap dengan catatan menyeluruh, seburuk apa pun saat-saat terakhir mereka. Itu kasus terbaik saya".

Namun dia khawatir "identifikasi langsung" para korban kemungkinan tidak dapat dilakukan, walaupun keturunan para korban dapat ditemukan dengan menganalisis DNA yang diambil dari gigi.

Dr Stubblefield tentu saja siap untuk mencobanya. "Pekerjaan saya adalah kisah tentang orang-orang yang dicintai."

Selama beberapa dekade, kisah pembantaian sebagian besar terhapus dari sejarah. Catatan resmi hilang atau hancur, berbagai surat kabar kota tidak menyebutkannya, dan sekolah-sekolah tak mengajarkannya.

Bahkan banyak orang yang dibesarkan di Tulsa tidak menyadari apa yang telah terjadi.

 

University of Florida/John Jernigan

 

Kedua orang tua Dr Stubblefield lahir di sana tetapi mereka tidak pernah membicarakannya, walaupun bibinya kehilangan rumahnya dalam serangan itu.

"Pembantaian ras: tidak ada diskusi apa pun," ungkapnya. "Banyak hal buruk yang tidak dibahas.

"Saya pikir itu ada di daftar `mengapa hidup di masa lalu?`"

Dan menghadapi masa lalu itu bukanlah tugas yang mudah.

"Oklahoma sendiri berusaha keras untuk menyembunyikan acara ini, mari kita balikkan sepenuhnya dengan mengenang orang-orang ini dengan benar," katanya.

Seratus tahun pembantaian ras Tulsa akan ditandai pada tanggal 31 Mei dengan serangkaian acara, termasuk aksi menyalakan lilin dan upacara peringatan.

 

University of Florida/John Jernigan

 

Acara yang disiarkan televisi itu dijanjikan menyertakan para selebriti dan muncul spekulasi bahwa Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Barack Obama dan istrinya Michelle akan menghadirinya.

Sebuah buku baru karya sejarawan pemenang penghargaan Scott Ellsworth - The Ground Breaking, The Tulsa Race Massacre dan American City`s Search for Justice - juga diterbitkan bertepatan dengan hari jadi peristiwa itu.

Profesor sejarah di Universitas Michigan itu memainkan peran penting dalam mengidentifikasi dan menemukan situs yang diduga kuat sebagai pemakaman massal. Dan dia berujar bahwa pencarian akan dilanjutkan.

"Saya sangat yakin bahwa korban pembantaian dimakamkan di setidaknya tiga lokasi lain.

"Kami memiliki saksi mata untuk salah-satunya, kami memiliki bukti sangat kuat dari komunitas kulit hitam dan putih tentang kawasan lain dan kami memiliki tradisi lisan yang baik di lokasi ketiga.

"Masalahnya adalah terkait kerusakan tulang-belulang ... yang sangat bergantung pada tingkat keasaman tanah. Jadi ini akan memakan waktu cukup lama. Tapi saya yakin mereka ada di sana dan saya berharap pada akhirnya kita akan menemukannya."

Dan Dr Stubblefield akan selalu bersamanya di setiap langkah.

"Saya pasti bisa terus mencari orang-orang yang terbunuh dalam peristiwa seperti pembantaian ras Tulsa," katanya, "karena itulah yang saya lakukan."