Profesor Australia Sampai Diancam Dibunuh atas Kebijakan Pandemi
- abc
Kepala Otoritas Kesehatan di negara bagian Victoria, Profesor Brett Sutton mengaku mentalnya telah terpengaruh ketika menangani gelombang kedua pandemi COVID-19.
KP Brett Sutton dan Jeanette Young
Profesor Sutton mengaku pernah melalui "kesulitan yang cukup signifikan" hingga harus berkonsultasi dengan psikolog merasa "sakit hati" ketika harus membuat keputusan yang berdampak negatif pada kehidupan wargaKepala Otoritas Kesehatan Queensland Jeannette Young buka mulut soal dampak dari ancaman pembunuhan kepadanya
Ia juga harus menanggung "beban berat" saat mengetahui keberadaan banyak orang yang terancam jiwanya akibat virus corona.
Profesor Sutton dan Kepala Petugas Kesehatan Queensland, Jeannette Young membahasa tantangan saat menangani pandemi COVID-19 di sebuah podcast yang disiarkan lembaga kesehatan AHPRA.
"Kondisi saya benar-benar tertantang, sangat tertantang, terutama selama Agustus, ada saat saya selama berminggu-minggu tidak berhenti memikirkan orang-orang yang sekarat, banyak yang tertular di gelombang kedua," ujar Profesor Sutton.
Lebih dari 800 orang meninggal dunia karena COVID-19 di negara bagian Victoria dan lebih dari 20.000 orang tertular virus corona hingga saat ini. Sebagian besar dari jumlah ini disebabkan oleh kejadian di antara bulan Juli dan Oktober tahun lalu.
"Kami benar-benar sampai harus lockdown sangat ketat, sangat jelas tidak ada lagi yang bisa kita lakukan," ujar Profesor Sutton dalam podcast AHPRA.
"Tapi keputusan-keputusan kecil yang harus dibuat saat itu [dan] setelah tahu lebih banyak orang akan mati dan bahwa penularan akan terus terjadi khususnya di Melbourne, bebannya jadi sangat berat."
ABC News: Billy Draper
Profesor Sutton mengatakan saat ia harus bekerja hingga larut malam, "ada semacam kesedihan karena saya bersama keluarga, tapi secara psikologis tidak sedang bersama mereka".
"Saya merasa bersalah sebagai seorang ayah, saya sedang bersama anak-anak saya, tetapi secara pikiran tidak bersama mereka selama berminggu-minggu," katanya.
Profesor Sutton mengaku pernah berkonsultasi dengan seorang psikolog untuk menjaga kondisi mentalnya.
"Bagian dari solusinya adalah dengan menyadari jika kita tidak sedang dalam kondisi terbaik, bahwa ini jadi beban yang tak bisa dihindari."
"Cinta dan dukungan dari keluarga, tidak ada yang bisa menggantikannya. Begitu pula dari rekan-rekan."
"Ancaman dibunuh" dan media menunggu depan pintu
Hari ini menandai satu tahun sejak keadaan darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya diumumkan di negara bagian Victoria.
Status darurat ini memberi kuasa penuh bagi Kepala Otoritas Kesehatan untuk memberlakukan pembatasan dan mengeluarkan kebijakan soal kesehatan masyarakat.
Sebulan sebelum status tersebut diberlakukan di Victoria, Dr Jeannete Young dan Pemerintah Queensland mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat di Queensland pada 29 Januari.
ABC News: Christopher Gillette
"Saya menerima beberapa ancaman pembunuhan yang cukup keji, sedikit mengerikan," kata Dr Young.
"Ada beberapa orang yang merasa sangat dirugikan oleh beberapa keputusan saya," tambahnya.
Seorang pria Sunshine Coast yang berusia 70 tahunmenghadap pengadilan pada Januari karena dituduh mengirimkan ancaman pembunuhan kepada Dr Young dan Premier Queensland, Annastacia Palaszczuk.
Pria tersebut sebelumnya tidak bisa datang ke pemakaman karena pembatasan COVID-19.
Tapi Dr Young mengatakan tanggapan dari polisi "dan 99,999 persen warga Queensland" sangat "luar biasa".
Profesor Sutton, yang tidak memiliki akun Facebook atau memiliki televisi di rumah, masih ingat akan sebuah momen di mana putrinya yang masih mengenakan piyama membukakan pintu bagi sejumlah wartawan datang ke rumahnya untuk mengajukan pertanyaan.
"Itu membuat saya sangat marah," katanya.
Profesor Sutton juga merasa "sangat aneh" melihat ada beberapa produk seperti perabotan rumah yang kemudian menggunakan wajahnya.
Keputusan yang juga berdampak pada keluarganya sendiri
ABC News: Darryl Torpy
Sepanjang tahun 2020 ribuan orang kehilangan pekerjaan dan perekonomian negara bagian Victoria dengan ibukota Melbourne terdampak akibat "lockdown" yang merupakan salah satu yang terlama di dunia.
Banyak keluarga terpisah akibat ditutupnya perbatasan di samping dari telepon ke layanan kesehatan mental yang meningkat tajam.
Profesor Sutton mengakui "ada keputusan yang harus dibuat yang mempengaruhi ribuan orang dan menyebabkan kerugian, tetapi jika mengambil langkah lain… akan terlihat lebih berbahaya".
"Tetapi tidak ada jalan lain yang tidak akan mempengaruhi orang-orang ... jadi kita benar-benar harus mengingatkan diri sendiri jika tuduhan soal merugikan orang akan muncul, akan selalu muncul, tapi kita hanya memilih cara yang dampak buruknya paling sedikit."
Profesor Sutton mengatakan saudara kandungnya sendiri sempat kehilangan pekerjaannya selama "lockdown" yang pertama dan "itu akibat dari beberapa keputusan yang saya buat".
Ia juga tidak dapat bertemu ibunya selama berbulan-bulan ketika pembatasan aktivitas diberlakukan di Melbourne dan sekitarnya.
Dr Young mengatakan di dalam podcast jika ia dihadapkan dengan "pertimbangan etika yang sangat sulit" pada awal tahun 2020, ketika dokter terpaksa menolak layanan perawatan dan kesehatan jika kapasitas rumah sakit kewalahan.
Pengawasan perbatasan yang ketat di Queensland hampir sepanjang tahun 2020 menimbulkan kebingungan warga terhadap aturan yang mengizinkan pasien yang terkena serangan jantung harus melewatkan perawatan mereka.
Penundaan tersebut turut berdampak pada penanganan pasien lain.
ABC News: Jennifer King
Tapi Dr Young mengatakan keputusan penutupan perbatasan dengan New South Wales adalah hal yang benar, dan menambahkan "kami selalu membuatnya sangat jelas, bahwa siapa pun yang sangat membutuhkan perawatan, mereka dapat segera datang ke Queensland".
"Tetapi beberapa orang mendapat kesan jika mereka tidak dapat melakukannya, sehingga kami bekerja dengan sangat hati-hati untuk memastikan tidak pernah ada masalah etis di sana," katanya.
Dr Young mengatakan berat badannya turun drastis karena tekanan pekerjaannya selama pandemi flu babi H1N1 di 2009 "dan itu hampir membunuh saya".
Dia mengatakan olahraga teratur dan dukungan dari suami dan anak-anaknya adalah kunci pertahanannya selama pandemi COVID-19, yang sejak lama sudah ia perkirakan akan lebih buruk dari yang sebelumnya.
Dia berterima kasih kepada penduduk Queensland dan Australia atas kerja sama mereka saat banyak pembatasan kegiatan diberlakukan.
"Sebagai bangsa kita telah melakukannya dengan sangat, sangat baik. Dan itu karena orang-orangnya," kata Dr Young.
Diproduksi oleh Erwin Renaldi dari artikel dalam Bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini
Ikuti berita seputar pandemi Australia di ABC Indonesia